Apa Target Selanjutnya Emil Dardak, Gubernur Jatim, DKI, atau RI 1? Inilah Jawaban dari Suami Arumi Bachsin

- 14 Maret 2022, 13:00 WIB
Wagub Jatim Emil Dardak salah satu calon pemimpin masa depan, apa target selanjutnya, Gubernur Jatim, DKI, atau bahkan RI 1?
Wagub Jatim Emil Dardak salah satu calon pemimpin masa depan, apa target selanjutnya, Gubernur Jatim, DKI, atau bahkan RI 1? /

DESKJABAR – Sosok Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak atau yang akrab disapa Emil Dardak, dinilai sebagai salah satu sosok milenial calon pemimpin masa depan.

Prestasinya sudah jadi perhatian ketika menjadi Bupati Trenggalek di usia yang masih muda yakni 30 tahun.

Maka tak heran banyak publik yang bertanya, apakah target selanjutnya dari suami seorang artis Arumi Bachsin tersebut? Jadi Gubernur Jatim, Gubernur DKI, atau RI 1?

Inilah jawaban yang dikemukakannya dalam acara “Klarifikasi Forum Pimred PRMN Bertanya dan Emil dardak Menjawab. Tema Paket Lengkap Emil Dardak.” Acara mengambil tema “Paket Lengkap Emil Dardak.”

Baca Juga: Ridwan Kamil Penuhi Permintaan Khofifah Indar Parawansa, Siap Rancang Masjid di Jatim yang Paling Keren

Menurutnya, semua profesi atau jalan kehidupan ada jalurnya.

“Kalau pembalap mobil tentu target selanjutnya ingin tampil di balaan F1, di musik idealnya masuk di Grammy Award atau Nation Chart, dsb,” tuturnya.

Tapi di politik, menurut Emil Dardak, tidak semata-mata di drive atau didorong oleh ambisi, karena terlalu banyak faktor ekternal.

“Kan kalau kerjanya bagus, peluangnya juga makin baik. Tapi tdk selalu begitu. Coba deh video viral tokoh politik, kadang-kadang bukan tentang kinerja,” ujar Emil Dardak.

“Ada kepala daerah yang birokrasi baik tapi tidak marah-marah dan tidak dikenal publik. Apakah agar dia terkenal harus marah-marah, kan tidak,” ujarnya.

Maka, kata Emil, dalam potilik ini kalau kita utamakan kontestasi, kadang-kadang pengorbanannya ada pada amanah hari ini dan itu tidak mudah.

“Misal, kinerja saya tidak linier dengan elektabilitas.Kadang-kadang ada masalah takdir juga,” papar lelaki kelahiran 20 Mei 1984 itu.

Emil Dardak mencontohkan, dia tidak pernah merencanakan jadi wakil gubernur. Namun ada situasional karena saat itu Khofifah Indar Parawansa, saat akan maju di Pilgub Jatim, butuh wakil sebagai komplementer wakil milenial yang punya pengalaman brirokrasi, dan presentasikan wilayah Mataraman atau daerah-daerah di wilayah perbatasan Jatim dengan Jateng, dan sebagai wakil dari kalangan nasionalis.

Baca Juga: MotoGP 2022, Mandalika, Sirkuit Tercantik di Dunia, Ini Pengakuan Akun Resmi MotoGP

“Tidak direncanakan, tapi saya bekerja sebaik mungkin di Trenggalek saat itu ada apresiasi cukup baik, dan elektabilitas saya ikut naik saat dumumkan dipasangkan dengan Khofifah,” ujarnya.

Terkait banyak kalangan yang memasukkannya dalam pembicaraan calon pemimpin masa depan, menurut Emil Dardak, hal itu tidak boleh menjadi pengalih perhatian dari amanah yang sedang dijalankan saat ini.

Menurutnya, hal ini harus disikapi dengan baik dan bijak.

Latar belakang luar biasa

Sebelum terjun ke dunia politik dan terpilih menjadi Bupati Trenggalek masa jabatan 2016-2019, Emil Dardak memiliki latar belakang profesi cukup mentereng.

Setelah meraih S3 di luar negeri pada usia 25 tahun, Emil Dardak berprofesi di Bank Dunia, bahkan bekerja di posisi terdepan menangani proyek-proyek berskala besar dan penting dari program yang dijalankan Bank Dunia.

Yang jadi pertanyaan adalah, mengapa Emil Dardak memilih terjun ke politik, di saat banyak kaum milenial setelah kembali ke negaranya mereka akan membangun startup.

“Saya gak terjun langsung ke politik. Gelar S 3 saya raih pada tahun 2007 dan saat menunggu sidang, saya memulai bekerja di Bank dunia, sebagai konsultan ekonomi dan keuangan,” ujarnya.

Profesi itu dijalankan dari tahun 2006 akhir sampai 2016, saat maju ke politik.

Bahkan, sebelum di Bank Dunia dia banyak berkegiatan kerja di infrastruktur. Pada tahun 2003 masuk jadi pantia Konferensi Menteri Infrastruktur se Asia Pasifik.

“Kalau ke politik, peta politik kita berubah, terutama saat pilkada. Pilkada paling legendaris adalah Pilgub DKI 2012, saat itu Walikota Solo, Jokowi menang,” ujarnya.

Baca Juga: Kemenag Tetapkan Logo Halal Baru Berbentuk Gunungan Wayang dan Motif Surjan, Berikut Filosofinya

Saat itu, Pilgub DKI dinilai seru karena kontestan yang tampil adalah calon-calon hebat, ada Hidayat Nurwahid, Alex Noerdin, Jokowi, Fawzi Wibowo.

“Mulai disitulah kemudian pilkada banyak diperhatikan, mungkin berbarengan dengan makin gencanya media sosial, media digital, keseruannya menjadi sangat terbuka,” ujarnya.

Setelah itu kemudian muncul tokoh-tokoh daerah seperti Azwar Anaz , Bupati Banyuwangi, Risma Walikota di Surabaya.

Kemudian juga muncul tokoh-tokoh muda seperti Ridwan Kamil, Walikota Bandung, Bima Arya, Walikota Bogor.

Hal ini membuat Pilkada tidak lagi dipandang sebelah mata. Perhatian publik terhadap Pilkada makin terbangun.

“Saat itu, partai-partai nyari wajah-wajah baru, akhirnya tersambung komunikasi saya dengan tokoh-tokoh partai politik di Trenggalek,” ujarnya.

Padahal, saat dicalonkan jadi Bupati Trenggalek, Emil Dardak, menduduki jabatan penting di Instansia BUMN.

Setelah 7 bulan, akhirnya Emil memutuskan mundur dari pekerjaan dan fokus maju di Pilkada Trenggalek setelah mendapat dukungan dari 7 parpol.

Emil Dardak kemudian terpilih menjadi Bupati Trenggalek termuda, yakni di usia 30 tahun. ***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Konferensi Pers Virtual


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah