Ada pun KRI Cakra (401) dan KRI Nanggala (402), saat kehadirannya ke Indonesia keduanya pada tahun 1981, menggantikan 12 kapal selam Indonesia era tahun 1959-1962, yaitu kelas Whiskey buatan Uni Soviet. Salah satu peninggalan yang selamat dan kini dijadikan monumen kapal selam (Monkasel), adalah KRI Pasopati, di Surabaya.
Ke-12 kapal selam kelas Whiskey Angkatan Laut Republik Indonesia tersebut, dioperasikan semasa Operasi Trikora memperebutkan Irian Barat pada tahun 1961-1962.
Namun dalam catatan teknisnya pula, kapal selam Whiskey aslinya merupakan berbasis kombinasi model dan teknologi era Nazi Jerman semasa Perang Dunia II, yaitu Type XXI dan Type XXIII.
Mengapa demikian, sebab banyak peralatan perang eks Nazi Jerman seusai Perang Dunia II, kemudian ambil oleh pihak Sekutu dan Uni Soviet, untuk kemudian dibedah, ditiru, dan kembangkan lagi.
Baca Juga: KRI Nanggala-402 Saat Ini Diduga Dalam Posisi Diam dan Bisa Saja Terbawa Arus Bawah Laut
Masa awal
Perkenalan pertama Republik Indonesia dengan kapal selam buatan Jerman, mulai terjadi ketika semasa zaman perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1947-1949. Saat itu, pihak Republik Indonesia sempat memiliki 2-3 kapal selam mini, yang dibuatkan oleh beberapa mantan awak kapal selam dan pelaut Nazi Jerman.
Berdasarkan catatan Nationaal Archief Belanda dan Koninklijke Bibliotheek Belanda, pada tahun 1948, pihak Republik Indonesia yang sudah pindah ibukota ke Yogyakarta, dibuatkan 2-3 kapal selam mini oleh beberapa mantan awal kapal selam dan pelaut Nazi Jerman yang bergabung dengan pihak Republik Indonesia.
Namun kemudian, ketika Agresi Militer II Belanda pada 19-20 Desember 1948, beberapa kapal selam mini milik Republik Indonesia tersebut, kemudian jatuh ke tangan Belanda. Ini terjadi, ketika pasukan Belanda kemudian berhasil merebut pabrik baja eks pabrik gula Demak Idjo, dimana kapal selam mini buatan beberapa mantan pelaut dan awak kapal selam Nazi Jerman itu dibuat. (Kodar Solihat/DeskJabar) ***