Heboh Kerajaan Angling Dharma, Gambaran dan Sejarah Desa Pandat Kecamatan Mandalawangi, Pandeglang, Banten

23 September 2021, 09:25 WIB
Singgasana Raja Cecep Iskandar Jamaludin Firdaus dari Kerajaan Angling Dharma, di Desa Pandat, Kecamatan Mandalawangi, Pandeglang, Banten. /Endang Mulyana/Kabar Banten : kabarbanten@pikiran-rakyat.com

DESKJABAR – Nama Desa Pandat, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, menjadi terkenal dengan heboh adanya Kerajaan Angling Dharma.

Berikut ini gambaran dan sejarah Desa Pandat, Kecamatan Mandalawangi, Pandeglang, Banten, dimana pemberitaan sedang heboh Kerajaan Angling Dharma dipimpin Baginda Raja Cecep Iskandar Jamaludin Firdaus.

Baginda Raja Cecep Iskandar Jamaludin Firdaus dikabarkan sebenarnya merupakan sosok dermawan, yang beristri empat orang sesuai aturan maksimal agama Islam.

Kerajaan Angling Dharma yang berpusat di Kampung Salangsari, Desa Pandat, Kecamatan Mandalawangi dikabarkan berlaku kebaikan bagi masyarakat pada tiga kecamatan.

Baca Juga: Kasus Pembunuh Ibu dan Anak di Subang, Inilah Gambaran Kampung Ciseuti Jalancagak

Dari sejumlah sumber dirangkum deskjabar@pikiran-rakyat.com dari sejumlah sumber lain, yaitu Koninklijke Bibliotheek Belanda dan kabarbanten@pikiran-rakyat.com, akan diketahui, gambaran kehidupan masyarakat Desa Pandat dari dahulu sampai sekarang.

Dilansir dari kabarbanten@pikiran-rakyat.com, dengan ditulis oleh Yadi Jayasantika, Rabu, 22 September 2021 malam, masyarakat Banten heboh dengan adanya sosok pria yang dijuluki Baginda Raja Cecep Iskandar Jamaludin Firdaus.

Baginda Raja Cecep Iskandar Jamaludin Firdaus, adalah pemilik tempat yang mirip padepokan istana Angling Dharma di Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang.

Baginda Raja Cecep Iskandar Jamaludin Firdaus memiliki tempat mirip padepokan istana Angling Dharma tersebut.

Baca Juga: Mencari Pelaku Pembunuh Ibu dan Anak di Subang, Seekor Anjing Diduga Mencium Sesuatu

Namun Baginda Raja Cecep, dikenal karena aksi dermawannya yang membangun sekitar 30 rumah warga kurang mampu atau miskin, di Kecamatan Mandalawangi, Kecamatan Pagelaran, dan Kecamatan Menes di Kabupaten Pandeglang.

Baginda Raja Cecep Iskandar Jamaludin dikabarkan mengaku dirinya adalah salah seorang keturunan Sultan Banten.

Dari nama tempatnya yang diberi nama Angling Dharma, mengingatkan tentang sosok utama dalam dongeng asal India, Mahabharata dan pernah menjadi sebuah judul sinetron di televisi.

Kesultanan Banten dibubarkan oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1813, atau 132 tahun sebelum berdirinya Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Baca Juga: Siapakah Pembunuh Ibu dan Anak di Subang ? Yosep Stress Dicurigai Oleh Manusia dan Makhluk Halus

Namun boleh jadi, para keturunan Sultan Banten masih ada, namun entah Raja Cecep Iskandar jika benar atau tidaknya, adalah keturunan dari pihak mana di kesultanan itu.

Kantor Desa Pandat, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, Banten Google Maps

Berdasarkan catatan deskjabar@pikiran-rakyat.com,  dirangkum dari beberapa sumber lain dan Koninklijke Bibliotheek Belanda, inilah gambaran dan sejarah Desa Pandat.

Ada pun gambaran dari lokasi, Desa Pandat berada pada lintasan jalan raya rute Serang (ibukota Banten) menuju Pantai Carita Pandeglang.

Lokasi Desa Pandat diapit Gunung Aseupan dan Gunung Pulosari, tampaknya merupakan sebuah desa yang tenang dimana penduduknya melekat kehidupan agama Islam.

Baca Juga: Bahaya Jin Qorin, Pembunuh Ibu dan Anak di Subang, Opini Semua Agama Sama, Ustadz Adi Hidayat Memperingatkan

Dahulunya, Desa Pandat merupakan hasil dari pemekaran Desa Cikoneng di Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang.

Desa Pandat memiliki sejarah ketika masih tergabung Desa Cikoneng, sebagai desa para ulama, santri, jawara, serta  dan seni budaya pencak silat.

Pada zaman kolonial Belanda, Pandat asalnya adalah sebuah kampung terisolir yang menjadi terbuka.

Pada tahun 1932, Kampung Pandat menjadi lintasan jalan raya setelah pihak kolonial Belanda meresmikan jalan baru jalan rute Serang via Mandalawangi-Pandat-Jiput ke Pantai Carita.

Tampaknya, ruas lebar jalan yang dibuat pihak kolonial Belanda itu masih seperti yang kita lihat sekarang. Namun kondisi jalan sudah dilapisi aspal, yang dibuat pada zaman sekarang. ***

Editor: Sanny Abraham

Sumber: Kabar Banten Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler