Acuviarta Kartabi, BLT Hanya Stimulan Efektifitas Penyalurannya Diragukan

- 11 Oktober 2020, 10:47 WIB
Ilustrasi BLT Non PKH
Ilustrasi BLT Non PKH /Pikiran-rakyat.com

DESKJABAR - Bantuan Langsung Tunai (BLT) dinilai masih jauh dari efektif untuk mengompensasi individu atau keluarga yang terdampak ekonomi akibat pandemi Covid-19.

Pengamat ekonomi dari Universitas Pasundan, Acuviarta Kartabi mengemukakan, BLT hanya mampu menjadi stimulan bagi masyarakat yang terdampak, agar tidak jatuh ke jurang kemiskinan. 

"Katakanlah asumsinya dilhat garis kemiskinan sebesar Rp 400 Ribu sampai Rp.450 ribu per kapita per bulan untuk pengeluaran makanan dan nonmakanan. Maka dengan asumsi besaran nilai JPS untuk beberapa katagori rata-rata sebesar Rp 600 Ribu untuk penerima kepala keluarga maka nilainya jauh dari cukup," tutur Acuviarta, Minggu, 11 Oktober 2020.

Baca Juga: Keterlaluan, Hanya 1 Jam Bahas UU Cipta Kerja, DPR Jadikan Pendapat Asep Warlan Jadi Kajian Akademis

Namun, menurutnya, efektivitas tidak hanya dilihat dari besaran nilai nominal jaring pengaman sosial (JPS) yang diterima saja, tetapi juga sejauhmana dana yang diterima  mampu dialokasikan secara tepat dalam pos-pos pengeluaran dalam rumah tangga.

Untungnya saat ini kenaikan harga-harga komoditas (inflasi), terutama kebutuhan pokok yang cenderung stabil, bahkan dalam 3 bulan terakhir (Juli, Agustus, September) kita mengalami kondisi deflasi, artinya harga-harga komoditas mengalami penurunan.

Masalah efektif atau tidak juga tergantung durasi atau jangka waktu BLT yang diberikan, serta kondisi keuangan individu atau keluarga pada satu waktu.

Baca Juga: Pandemi Corona Belum Mereda, Ini Tiga Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan

Menurut Acuviarta, mungkin pada awal-awal pandemi individu atau rumah tangga yang terdampak, masih bisa menggunakan aset yang dimiliki untuk tambahan pengeluaran atau masih dapat menggunakan pesangon dan sejenisnya.

Namun semakin kesini, dimana tenaga kerja yang dirumahkan dan di PHK semakin tinggi, maka peran BLT menjadi sangat menentukan karena individu maupun keluarga terdampak ekonomi sudah tidak lagi memiliki aset yang bisa dijual atau tabungan yang bisa digunakan untuk menopang konsumsi.

Sementara itu, dilihat dari sisi mekanisme, pola-pola bantuan memang cukup beragam.

Baca Juga: Pandemi Virus Corona, Kopi Commercial Banyak Peminatnya

Untuk di Jabar kita mengenal ada BLT sembilan pintu, baik itu yang salurkan langsung oleh pemerintah pusat, maupun oleh pemerintah provinsi, maupun pemerintah kabupaten/kota.

Sayangnya, standar operasional (SOP), penyalurannya yang kurang sosialisasi, serta data penerima yang digunakan merupakan data lama, maka efektifitasnya diragukan bisa optimal.***

Editor: Dendi Sundayana


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x