Begini Cara Unik Bah Idut Petani Sawah di Ciamis, Mengusir Burung Pipit dari Tanaman Padinya

- 26 Maret 2024, 11:15 WIB
Bah Idut (bawah) petani penggarap sawah di Jambansari Ciamis saat menarik tambang kokoprak untuk mengusir burung pipit dari lahan padinya.
Bah Idut (bawah) petani penggarap sawah di Jambansari Ciamis saat menarik tambang kokoprak untuk mengusir burung pipit dari lahan padinya. /deskjabar/Dindin Hidayat/

DESKJABAR - Beragam cara dilakukan petani pengeloh sawah di Tanah Air untuk menyelamatkan hasil panen padinya dari serangan hama maupun hewan pemangsa seperti burung pipit.

Bah Idut misalnya. Kakek berusia 74 tahun bernama lengkap Koharsidik yang berprofesi sebagai petani pengarap sawah di Jambansari lingkungan Rancapetir, Kelurahan Linggasari, Kecamatan Ciamis Jawa Barat itu punya cara unik untuk mengatasi serangan burung pipit.

Baca Juga: UPDATE Harga Emas Antam dan UBS di Pegadaian Hari Ini Selasa 26 Maret 2024, Simak Rinciannya

Adapun cara unik yang dibuat Bah Idut, warga Karang Paningal Ciamis untuk menghalau gerombolan burung pipit yakni dengan membuat alat penangkal bernama kokoprak.

"Ieu kokoprak kango nyingsieunan manuk, (Ini kokoprak alat untuk mengusir burung)," kata Bah Idut kepada DeskJabar.com, Selasa 26 Maret 2024 pagi.

Pengusir Burung

Ditemui penulis di saung (gubuk) sederhana tempatnya berjaga, kakek yang memiliki 3 cucu dan 5 buyut itu pun berkisah tentang bagaimana merangkai kokoprak untuk menyelamatkan padinya dari serangan burung pipit atau jenis burung yang termasuk famili Emberizidae itu.

Menurut Bah Idut, kokoprak dibuat dengan cara membentangkan sebanyak 6 tali tambang diatas permukaan padi, dari pos jaga ke setiap ujung sawah dan diikatkan pada kayu pemancang atau pepohonan.

Pada setiap tali dengan panjang sekitar 50 meteran tersebut, diikatkan beragam material yang dapat membuat burung-burung takut seperti kain bekas, kantong keresek warna-warni, kaleng bekas susu, atau kaleng kue, seng, material besi dan lainnya.

Dan, bila kawanan burung hinggap diatas padi, tali tersebut kemudian ditarik serentak sehingga mengeluarkan suara berisik dibarengi ayunan kain dan keresek sehingga burung-burung itupun kaget dan kabur menjauh dari sawah.

Selain dengan kokoprak, Bah Idut juga memasang jaring pengaman. Hanya saja, karena harganya yang cukup mahal sehingga tak sampai separoh lahan padinya yang ditutupi bahan dari rajutan tersebut.

Dijaga 2 orang

Terkait waktu jaga, Bah Idut menjelaskan, lahan sawah yang telah ia garap selama hampir 15 tahun bersama keluarganya itu mendapat penjagaan hampir 12 jam secara bergantian dengan istrinya Anah (65 tahun).

Baca Juga: BAYAR Zakat Fitrah Ramadhan 2024 Jadi Mudah Via Saldo DANA, Simak Caranya dan Tak Perlu Khawatir Terlewat

"Abah mulai jaga pukul 06.00 pagi hingga pukul 17.00 sore. Dalam sehari bergantian sama si emak istri abah," tuturnya.

Ia juga menyebut bila panen tiba, dari sekitar 11 petak atau kotak lahan padi garapannya mampu menghasilkan padi sekitar 1,2 ton dan dalam setahun bisa panen hingga tiga kali.

Namun begitu, bila padinya tidak dijaga dengan baik hasil panennya paling banter dapat setengahnya.

"Upami teu dijaga, repot lah, saparo mah seep, ancur (kalau tak dijaga, repot, separo padi habis, hancur)," ujarnya mengenang.

Ngobrol pagi yang cukup asik ditengah sawah nan segar pagi itupun akhirnya berakhir. Bah Idut pun kemudian kembali ke tugas pokok yakni menarik-narik tambang kokoprak miliknya.

Dan bunyi berisik pun keluar dari gesekan benda-benda kaleng bekas. "Gelombrang, gelombrang, hus, hus," ujar si Abah seraya mengangat tangannya hingga burung-burung pun kembali terbang dan kabur menjauh.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x