Selain dengan kokoprak, Bah Idut juga memasang jaring pengaman. Hanya saja, karena harganya yang cukup mahal sehingga tak sampai separoh lahan padinya yang ditutupi bahan dari rajutan tersebut.
Dijaga 2 orang
Terkait waktu jaga, Bah Idut menjelaskan, lahan sawah yang telah ia garap selama hampir 15 tahun bersama keluarganya itu mendapat penjagaan hampir 12 jam secara bergantian dengan istrinya Anah (65 tahun).
"Abah mulai jaga pukul 06.00 pagi hingga pukul 17.00 sore. Dalam sehari bergantian sama si emak istri abah," tuturnya.
Ia juga menyebut bila panen tiba, dari sekitar 11 petak atau kotak lahan padi garapannya mampu menghasilkan padi sekitar 1,2 ton dan dalam setahun bisa panen hingga tiga kali.
Namun begitu, bila padinya tidak dijaga dengan baik hasil panennya paling banter dapat setengahnya.
"Upami teu dijaga, repot lah, saparo mah seep, ancur (kalau tak dijaga, repot, separo padi habis, hancur)," ujarnya mengenang.
Ngobrol pagi yang cukup asik ditengah sawah nan segar pagi itupun akhirnya berakhir. Bah Idut pun kemudian kembali ke tugas pokok yakni menarik-narik tambang kokoprak miliknya.
Dan bunyi berisik pun keluar dari gesekan benda-benda kaleng bekas. "Gelombrang, gelombrang, hus, hus," ujar si Abah seraya mengangat tangannya hingga burung-burung pun kembali terbang dan kabur menjauh.***