Di Tanjungsari, Sumedang, Agribisnis Pertanian dan Peternakan Kembali Bergairah

- 30 November 2023, 11:41 WIB
Ubi cilembu salah satu agribisnis komoditas pertanian andalan di kawasan Tanjungsari, Sumedang.
Ubi cilembu salah satu agribisnis komoditas pertanian andalan di kawasan Tanjungsari, Sumedang. /Kodar Solihat/DeskJabar

DESKJABAR – Kawasan Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, dan sekitarnya, masih menjadi salah satu sentra pertanian penting di pinggiran Kota Bandung, Jawa Barat. Ada fenomena, agribisnis usaha pertanian dan peternakan di Tanjungsari kembali bergairah belakangan ini.

 

Fenomena bergairahnya kembali agribisnis pertanian dan peternakan di Tanjungsari, Sumedang, bermunculan seiring semangat masyarakat setempat memberdayakan tanah-tanah pertanian miliknya. Yang menjadi penggerak adalah sistem penjualan langsung hasil panen.

Masyarakat di Tanjungsari Sumedang, terindikasi kini sudah menilai bahwa tanah pertanian miliknya merupakan kekayaan tidak ternilai harganya. Bahkan, disadari, tanah pertanian sebenarnya sangat potensial ke depan sebagai “mesin uang” karena terus meningginya kebutuhan pangan.

Hanya saja, karena masih terdampak El Nino yang baru saja usai, pasokan sejumlah komoditas pertanian sedang minim. Tetapi pada musim hujan ini, kegairahan menanam kembali mulai terlihat pada sejumlah kawasan pertanian, misalnya ubi cilembu, sebagian padi, dsb.

Baca Juga: Gerbang Tol Pamulihan Cisumdawu Sumedang Munculkan Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian

 

 

Komunitas petani 

Bahkan, di masyarakat usaha pertanian di Tanjungsari dan sekitarnya, kini sudah terjalin semacam komunitas diantara mereka. Kawasan pertanian Tanjungsari juga meliputi Sukasari dan Pamulihan (dua kecamatan ini pemekaran Kecamatan Tanjungsari).

Fenomena terlihat pada sejumlah desa kawasan pertanian di Tanjungsari, Kamis, 30 November 2023, ada sejumlah usaha pertanian dan peternakan yang bisnisnya menjadi bergairah. Kegairahan bisnis pertanian dan peternakan terlihat dari semakin aktifnya segmen pemasaran hasil panen diantara masyarakat Tanjungsari.

 

 

Komoditas pertanian dan peternakan yang diusahakan di Tanjungsari, misalnya padi, singkong, ubi cilembu, tembakau, puyuh, sapi, peuteuy, dsb. Namun pengusahaan aneka komoditas pangan disebutkan sebenarnya sudah kultur masyarakat Tanjungsari sejak lama.

Baca Juga: Di Sumedang, Pencurian Ubi Cilembu Sedang Marak, Harga Panen Pertanian Sedang Mahal

Fenomena terlihat, dimana masyarakat pemilik lahan pertanian dan peternakan, adalah aktifnya sistem penjualan langsung hasil panen kepada konsumen melalui sisten online. Harapan mereka, adalah memperoleh nilai jual sesuai kondisi pasar tanpa terpotong pedagang perantara.

Keberadaan para pedagang besar perantara komoditas pertanian, menjadi lebih banyak kepada komoditas sifatnya memerlukan volume tinggi untuk pasokan ekspor dan perdagangan antar provinsi. Misalnya, tembakau, ubi cilembu,dan jagung.

 

Salah seorang tokoh usaha pertanian di Kecamatan Sukasari (masih kawasan Tanjungsari), Suryana, dari bisnis tembakau Jawa Barat, mengatakan, fenomena bisnis pertanian termasuk sub-sektor perkebunan memang fluktuasi. Tetapi dengan melihat prospek ke depan, menjadi semakin banyak pemilik tanah pertanian produktif yang lebih suka mempertahankannya.

“Apalagi, bisnis tembakau Jawa Barat dimana kawasan Tanjungsari, Sukasari, dan Pamulihan termasuk sentra produksi utama. Generasi mudanya pun semakin termotivasi meneruskan bisnis pertanian, termasuk  tembakau keluarga karena bisnis realistis,” ujar Suryana, yang juga Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Wilayah Jawa Barat pada sebuah diskusi tembakau di Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat.

Baca Juga: Sate Jebred Khas Tanjungsari, Sumedang, Buruan Jajanan di Pasar Menjelang Subuh

Salah seorang petani muda di Desa Margajaya, Tanjungsari, Jaelani (35) mengatakan, bahwa masyarakat setempat kini sudah menyadari pentingnya mempertahankan tanah pertanian sendiri.

“Banyak yang kini menyadari ternyata keluarganya tidak memiliki masa depan, setelah tanah pertaniannya terjual, misalnya karena dibeli bisnis perumahan. Uangnya habis begitu saja untuk dibagi-bagi sekeluarga, uang jutaan rupiah bahkan puluhan juta seakan kini seperti “air”, alias cepat habis,” ujarnya. ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x