Mustofa Manusia Hebat, Lansia di Tasikmalaya Ini Masih Kuat Produksi Tongkat Ruyung Berkualitas

- 16 Oktober 2023, 14:35 WIB
Mustofa lansia di Tasikmalaya yang berumur lebih dari 90 tahun masih kuat membuat produk berkualitas dari bahan ruyung atau pohon aren yang sudah tua.
Mustofa lansia di Tasikmalaya yang berumur lebih dari 90 tahun masih kuat membuat produk berkualitas dari bahan ruyung atau pohon aren yang sudah tua. /Abdul Latif/DeskJabar.com

DESKJABAR - Usia boleh lanjut, namun dari sisi kreativitas jangan ditanya. Meskipun sudah lanjut usia ia masih kuat membuat produk berkualitas dan banyak diminati.

Dia adalah Mustofa, usianya lebih dari 90 tahun asal Kampung Bunar, Desa Sukapada, Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat.

Di usianya yang sudah lanjut, Mustofa masih kuat membuat produk dengan berbahan baku pohon aren yang sudah tua atau dikenal dengan sebutan ruyung.

Baca Juga: Tol Getaci Bukan Lagi Gedebage-Tasikmalaya-Cilacap Tapi Gedebage-Tasikmalaya-Ciamis: Terdapat 7 Exit Tol

Baca Juga: Warga Priatim Berharap Ada Capres yang Bisa Wujudkan Tol Getaci, Pj Gubernur Jabar Beberkan Progres Terkini

Produk yang paling digemari adalah tongkat atau iteuk berbahan ruyung yang peminatnya sampai luar pulau Jawa baik itu Sumatra ataupun Kalimantan.

Selain membuat tongkat atau iteuk, Mustofa juga membuat cobek dan ulekannya juga gagang pacul dengan bahan ruyung. Mengenai peminatnya jangan ditanya pesanannya selalu membludak.

Di wilayah Kecamatan Pagerageung, Mustofa satu satunya lansia yang masih kuat bekerja memanfaatkan potensi yang ada di wilayahnya.

Wilayah Bunar yang berada di Kaki Gunung Cakrabuana memiliki potensi aren yang sangat melimpah. Bahkan banyak warganya yang membuat gula aren.

Atas dasar itulah, maka bapak 12 anak itu memanfaatkan pohon aren yang sudah tua dan tidak produktif untuk diolah menjadi bahan berkualitas tinggi.

"Alhamdulillah di sini ini bahan baku aren tua sangat melimpah, makanya bapak olah menjadi bahan bahan seperti tongkat, cobek dan juga gagang pacul," kata Mustofa di rumahnya baru baru ini.

Bahan tersebut dibuat dengan cara tradisional dan belum menggunakan alat modern seperti mesin bubut, namun dari segi kualitas bisa bersaing dengan produk yang dihasilkan oleh mesin.

Baca Juga: Ini Rute Jalan Tol View Menkjubkan Gunung Ciremai dari Cirebon-Kuningan-Tasikmalaya: Sudah Masuk Agenda PUPR

Dalam sehari, Mustofa masih kuat menghasilkan empat buah tongkat meskipun dari sisi penglihatan sudah kurang bisa melihat dengan jelas dan juga kurang bisa mendengar dengan baik.

Alat yang digunakan untuk membuat tongkat, cobek dan juga gagang pacul masih menggunakan golok dan untuk menghaluskan bahan menggunakan sugu kayu. Terkahir menggunakan hampelas halus agar produk rapi dan berkelas.

Berharap bantuan modal

Hanya saja, dari sisi permodalan, Mustofa mengaku kekurangan modal. Sedangkan pesanan barang sangat banyak dan belum bisa terpenuhi.

Untuk mengakses pinjaman dari bank tidak bisa karena usia sudah lanjut dan tidak ada pihak Bank yang mau memberi pinjaman kredit kepadanya.

Ia berharap ada pihak pihak dalam hal ini pemerintah daerah mau membantu memberikan modal usaha agar usahanya bisa berjalan dengan baik dan bisa mempekerjakan banyak orang.

"Keinginan bapak itu ada tambahan modal, karena pesanan sangat banyak, dan kalau ada modal usaha bisa mempekerjakan orang lain juga," katanya.

Kenapa Mustofa masih tetap membuat tongkat berbahan ruyung, ternyata ada sejarahnya. Dan ini berkaitan erat dengan perjuangan memeprtahankan kemerdekaan di masa lalu.

Baca Juga: Cara Mencegah Lapar di Malam Hari, Coba Minum Bahan Alami dari dr Zaidul Akbar Ini

Kata Mustofa, pada masa perjuangan dulu, ayahnya selalu membawa tongkat dalam berjuang melawan kaum penjajah Belanda.

Tetapi jangan ditanya dari sisi keunggulan, meskipun hanya dengan menggunakan tongkat ruyung, tetapi mampu menumpas penjajah Belanda.

"Jadi tongkat ruyung ini ada maknanya dan ada sejarahnya, makanya tetap bapak buat sampai sekarang, karena ini sejarah yang tidak boleh dilupakan," katanya.

Sejarah masa perjuangan

Bayangkan saat perjuangan dulu, semua orang dicurigai oleh pihak Belanda. Kalau membawa senjata seperti pedang atau juga sejenisnya maka langsung ditangkap oleh pihak Belanda.

Tetapi ketika yang dibawa berupa tongkat ruyung, kata Mustofa, pihak Belanda tidak curiga sama sekali. Padahal tongkat ruyung tersebut bisa dijadikan senjata yang mematikan dibandingkan pedang dan sejenisnya.

Karena itulah Mustofa sampai sekarang masih tetap memproduksi tongkat berbahan baku ruyung yang berasal dari pohon aren yang sudah tua.

Baca Juga: Harga Cabe di Cimahi, Diwaspadai Termahal di Indonesia pada Tahun 2023-2024

Dan yang membutuhkan tongkat ruyung tersebut sangat banyak tidak hanya warga Tasikmalaya dan Jawa Barat saja tetapi juga warga Kalimantan dan Sumatra.

Untuk satu unit tongkat dijual dengan harga Rp 35.000 saja. Sedangkan untuk cobek tergantung ukuran dan dipatok dari mulai 25 000. Sementara gagang pacul dihargai Rp 12.000 untuk satu unitnya.

Meskipun usianya yang sudah sangat lanjut dan lebih dari 90 tahun, Mustofa masih kuat membuat produk yang berkualitas tinggi dengan bahan baku ruyung atau kayu dari pohon aren yang sudah tua.***

Editor: Zair Mahesa


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x