INDONESIA Pinjam Rp 8,3 Triliun Ke China untuk Menambal Pembekakan Kereta Cepat, INILAH Daftar Penyebabnya

- 15 Februari 2023, 11:30 WIB
Pemerintah mencari pinjaman Rp 8,3 triliun ke China Bank Development untuk menambal pembengkakan proyek kereta cepat Bandung Jakarta
Pemerintah mencari pinjaman Rp 8,3 triliun ke China Bank Development untuk menambal pembengkakan proyek kereta cepat Bandung Jakarta /Instagram @ridwankamil/

DESKJABAR – Ketika proyek kereta cepat Bandung Jakarta dikebut untuk mengejar target operasional pada Juli 2023, pemerintah Indonesia tengah mengajukan pinjaman ke China Development Bank (CDB) sebesar 550 juta dolar atau setara Rp 8,3 triliun.

Pinjaman tersebut untuk menambal pembengkakan biaya atau cost overrun pembangunan proyek kereta cepat Bandung Jakarta, yang mengalami pembengkakan hingga mencapai 1,2 milir dolar atau sebesar Rp 18 triliun.

Untuk itu, pemerintah Indonesia telah mengirimkan wakilnya ke China untuk bertemu dengan pihak  China dan pihak CDB dan berharap keputusan pinjaman itu akan segera terjawab pada dua pekan ke depan.

Baca Juga: DIPASTIKAN Lelang Ulang Tol Getaci April 2023 Dilakukan Secara Terbuka, INI Alasan dan Tujuannya

Proyek yang merupakan kerjasama Indonesia dengan China tersebut, kedua belah pihak sebelumnya sudah menyepakati nilai pembengkakan yang mencapai 1,2 miliar dolar.

Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China Dwiyana Slamet Riyadi mencatat ada sebanyak 14 poin yang menjadi penyebab terjadinya pembengkakan biaya proyek kereta cepat Bandung Jakarta, yang merupakan kereta cepat pertama di Asia Tenggara.

Pembengkakan Biaya Kereta Cepat Bandung Jakarta

Sebelumnya pada saat kunjungan ke stasiun kereta cepat di Tegalluar, Kabupaten Bandung, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebutkan bahwa  target proyek kereta cepat Bandung Jakarta rampung pada Juni 2023.

Selanjutnya pada Juli 2023, kereta cepat yang akan mampu melaju dengan kecepatan hinggag 350 kilometer per jam itu, akan beroperasi secara komersial pada Juli 2023.

Untuk mendukung target operasional kereta cepat, pemerintah Indonesia sudah mengirim tim, di antaranya Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo ke China.

Dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR pada Senin 13 Februari 2023, Kartika Wiroatmodjo, menyatakan bahwa pihaknya telah melakukan kunjungan ke China untuk membahas besaran pembengkakan atau cost overrun proyek kereta cepat.

Mengutip dari Antara, Kartiko mengemukakan bahwa pihak Indonesia dan China menyepakati kenaikan biaya sebesar 1,2 miliar dolar atau setara sekitar Rp 18 triliun.

Angka ini jauh lebih rendah dari hitungan yang dilakukan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang menyatakan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung bengkak sebesar  1,49 miliar dolar atau Rp 21,8 triliun.

Baca Juga: DI Tengah Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat yang Membaik, BI Waspadai Kemarau 2023, Ini Penjelasan BMKG

"Kemarin kami baru dari Beijing, China di mana kita telah sepakat cost overrun yang disepakati oleh Indonesia dan China sehingga bisa cair segera ke PT KCIC," ujarnya.

"Kami saat ini sedang menegosiasikan term untuk pinjaman dari China Development Bank (CDB) yang diharapkan bisa selesai dalam satu atau dua pekan sehingga diharapkan nantinya penyelesaian kereta cepat dapat sesuai dengan jadwal (operasional) yakni Juni atau Juli 2023," katanya menambahkan.

Dari jumlah pembengkan yang mencapai 1,2 miliar dolar AS tersebut, sebanyak 550 juta dolar akan diupayakan melalui pinjaman ke CDB di China. Sedangkan sisanya dicarikan melalui sumber lainnya, termasuk memanfaatkan penyertaan modal negara (PMN) ke PT KAI sebesar Rp 3,2 triliun.

Sebanyak 4 rangkaian kereta cepat sudah tiba di Depo Tegalluar pada Jumat 10 Februari 2023
Sebanyak 4 rangkaian kereta cepat sudah tiba di Depo Tegalluar pada Jumat 10 Februari 2023
Sumber Pembengkakan Proyek Kereta Cepat 

Menteri BUMN Ercik Thohir memastikan bahwa pembengkakan di proyek kereta cepat Bandung Jakarta bukan karena korupsi, melainkan adanya berbagai kenaikan kebutuhan proyek, yang ditargetkan rampung pada Juni 2023.

"Apapun yg terjadi pada saat Covid itu kan pembangunan harus dijalankan tetapi tidak bisa maksimal. Lalu kita lihat juga supply chain rantai pasok sangat terganggu, artinya harga-harga komoditas tinggi termasuk besi, itu termasuk dalam cost overrun, ini yang penting," ujar Ercik Thohir.

Sebelumnya dalam acara Dengar Pendapat dengan Komosi VI DPR RI pada 9 November 2022, Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China Dwiyana Slamet Riyadi mencatat ada sebanyak 14 poin yang menjadi penyebab terjadinya pembengkakan biaya proyek kereta cepat Bandung Jakarta.

Baca Juga: BENARKAH Lokasi Junction Gedebage Tol Getaci Dipindahkan Karena Ada Ini? INILAH Desain Junction Gedebage

Adapun 14 poin penyebab pembengkakan biaya proyek tersebut adalah :

  1. Adjustment for change in cost 401,3 dolar juta atau 27,6%
  2. Financing Cost 373,9 juta dolar atau 25%
  3. Dampak Pajak atas Pengadaan lahan 157 juta dolar atau 10,8%
  4. Pengadaan Lahan dan kompensasi 91,9 juta dolar atau 6,3%
  5. Relokasi fasos fasum 87,2 juta dolar atau 6,02%
  6. GSM - R Clearance 77,3 juta dolar atau 5,34%
  7. PPN 50,5 juta dolar atau 3,4%
  8. Aksesibilitas Stasiun 43 juta dolar atau 3%
  9. Supply Listrik 38 juta dolar atau 2,6%
  10. Biaya Pegawai dan umum 30,7 juta dolar atau 2,1%
  11. Persiapan operasi dan pemeliharaan 27,2 juta dolar atau 1,8%
  12. Training persiapan operasi dan pemeliharaan 24,7 juta dolar atau 1,7%
  13. variation order 22,3 juta dolar atau 1,54%
  14. lain lain 22,3 juta dolar atau 1,54%.

Saat ini perkembangan pembangunan proyek kereta cepat dalam taraf penyelesaian Stasiun Tegalluar di Kabupaten Bandung, Stasiun di Halim Perdanakusuma (Jakarta), pemasangan rel, pemasangan sinyal. ***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Berbagai Sumber Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x