Pada tahun 1970-an, ‘peralatan’ mengamen umumnya masih berupa kecrek dan alat petik dibuat dari peti sabun.
Nah, alat musik kecrek, dibuat dari tutup botol minuman soda yang digepengkan, lalu ditusuk paku dan dibuat pegangan. Digoyang-goyangkan bunyinya “kecreeekkk..kecreeekkk…kecreeekkkk..”
Sedangkan alat musik peti sabun, dibuat dari papan tipis bekas peti sabun, dibuat kotak, dengan dipasangi karet bekas ban yang disayat tipis, atau tali celana kolor.
Bunyi alat musik peti sabun, “tekduuunggg…tekkk duuunggg….teekkk duungggg…” yang mengamen biasanya wanita.
Ada perbedaan dari warga Bandung penyebutkan kepada pengamen peti sabun, dimana terhadap warga lokal tetap disebut peti sabun.
Tetapi terhadap pengamen orang asal Jawa Tengah yang pakai alat musik peti sabun, orang Bandung menjuluki “walangkeke”. Konon, karena awalnya mereka sering menyanyi lagu “walangkekek” yang dinyanyikan Waljinah mulai ngetop tahun 1968.
Baca Juga: Tembakau Mole Sumedang Laku Keras, Melinting Jadi Favorit, Persiapan Larangan Rokok Batangan
Memasuki tahun 1980-an, tampilan pengamen peti sabun, dari semula kebanyakan wanita menjadi muncul banyak bencong.
Fenomena mulai bermunculannya pengamen di Kota Bandung tahun 1970-an dan 1980-an, menjadi salah satu obyek bidikan fotografer asal Belanda, Henk van Rinsum.