Tujuan usaha pertanian budidaya jagung dengan metode purba ini, bertujuan agar lahan tidur bekas galian C menjadi produktif, sekaligus pemberdayaan masyarakat sekitar.
Diketahui hal umum, penambangan bahan galian C juga berdampak terhadap lingkungan.
Dampak sering terjadi akibat galian C, yaitu bentang sungai yang semakin melebar dan dalam, longsor di tepi sungai, jalan desa menjadi rusak, serta pencemaran udara.
Nah soal bencana longsor, diketahui sedang banyak terjadi di Jawa Barat pada musim hujan akhir tahun 2022, serta kemungkinan awal 2023.
Sebagai gambaran, pola pertanian purba merupakan cara-cara yang dilakukan ketika ratusan lalu.
Penggunaan pertanian purba di Eropa
Dikutip DeskJabar dari laman Horizon The EU Research & Inovation Magazine (Majalah Inovasi dan Riset Uni Eropa) terbitan 6 Maret 2018, disebutkan, bahwa di Eropa, pola pertanian purba digunakan dalam pemulihan lingkungan dampak perubahan iklim.
Penerapan pertanian purba untuk pemulihan lingkungan di Eropa, dengan menggunakan metode dari Profesor Jose Maria Martin Civantos dari Departemen Sejarah Universitas Granada, Spanyol, melakukan penelitian sejarah pertanian purba di Spanyol, Italia, dan Albania melalui Proyek Memola.
Dari hasil penelitian Profesor Jose Civantos tersebut, kemudian diketahui, bahwa berabad-abad lalu, petani dan masyarakat perdesaan di Eropa beradaptasi menjadi ahli dalam pengelolaan air, tanah, tanaman, dan hewan untuk menjaga tanah mereka tetap subur dan produktif.
Baca Juga: Di Kabupaten Bandung Barat (KBB), Pohon Kiara Tua Ini Sumber Air Besar dari Hutan di Cikalong Wetan