Tak hanya itu, sarana umum di pengungsian juga tidak ada, sehingga warga sangat kesulitan. "Termasuk juga sarana ibadah juga tidak ada. Sekolah PAUD tidak ada. Sarana lain seperti toilet umum dan sanitasi sangat minim. Ke depan yang kita butuhkan adalah sarana-sarana wajib seperti itu seperti toilet umum dan air bersih," tuturnya.
Atalia mengatakan, pemerintah tidak mungkin mampu dengan cepat melakukan rekonstruksi seperti sedia kala. "Maka saya menyatakan kepada teman-teman dari berbagai wilayah dan komunitas, bahkan ikatan alumni serta lainnya, agar fokus mempersiapkan juga terkait dengan bagaimana kita bisa menghasilkan yang tadi sangat urgent dibutuhkan," katanya.
Ia mengatakan, ada pengungsi yang warfat bukan karena gempa. Namun, karena kondisi yang tidak memungkinkan di pengungsian. "Kemarin juga tenda yang dibangun oleh masyarakat, masih sangat minim. Di Cilaku, ada bayi dan lansia yang meninggal dunia bukan karena bencana secara langsung tapi karena kedinginan. Penting sekali menurut saya, tidak hanya memikirkan makanan," katanya.
Atalia juga merasa prihatin terkait dengan pendistribusian logistik yang terhambat. Penyebabnya, lalu lintas terhambat oleh banyaknya donatur yang langsung datang ke pengungsian.
"Saya sudah bicara sama Pak Gubernur. Pak Gubernur menyarankan, distribusi disampaikan melalui posko di kota masing-masing. Bayangkan, misal, ada yang mengirim 5 dus makanan, mobilnya 10. Itu belum termasuk motor yang mengganggu distribusi pasokan bagi masyarakat,” ucapnya.***