Suratkabar De Preanger Bode itu juga mengungkapkan, di pusat kota Bandung kemudian akan berdiri berbagai bangunan tanpa pohon-pohonan.
“Mengerikan, akan apa jadinya Bandung!” tulis dalam surat kabar tersebut pula.
Menjelma 105 tahun kemudian pada abad 21 ini, lokasi dimaksud kini pernah hampir setiap hari dipenuhi sejumlah pengamen tampilan hantu-hantuan yang memenuhi trotoar di lokasi Jalan Asia Afrika Bandung itu dekat Sungai Cikapundung.
Pemandangan di lokasi itu tentunya tidak dapat dijadikan “pembenaran” kondisi masa kini dikaitkan aspek historis lokasi dimaksud.
Apalagi, para pejalan kaki memerlukan fasilitas trotoar sebagaimana mestinya. Sebab, sebagian pejalan kaki menjadi terdesak ke jalan raya, dengan resiko terserempet kendaraan dan membuat macet lalu-lintas.***