Pengamen Jurig Dibersihkan Satpol PP di Kota Bandung, Jalan Asia Afrika Pernah Jadi Sarang Kuntilanak Betulan

- 6 November 2022, 11:04 WIB
Suasana Jalan Asia Afrika Kota Bandung depan PLN.
Suasana Jalan Asia Afrika Kota Bandung depan PLN. /Kodar Solihat/DeskJabar

DESKJABAR – Para pengamen tampilan jurig alias hantu pocong, setan kuntilanak, drakula, dsb, kini sudah dibersihkan oleh Satpol PP dari Jalan Asia Afrika Bandung, dengan situasi terakhir, Minggu, 6 November 2022.

Ada sejarah, Jalan Asia Afrika Bandung ketika masih bernama Grote Postweg pada zaman kolonial Belanda, pernah dikenal menjadi sarang setan kuntilanak betulan.

Tentu saja, adanya sejarah ini bukan pembenaran kawasan tersebut pada masa kini dijadikan tempat mengamen tampilan hantu atau setan.

 

Baca Juga: Cerita Hantu Pocong, Ustadz Muhammad Faizar : Itu Penghinaan Kepada Syariat Islam

Sebelumnya, sekitar sejak tahun 2013, trotoar Jalan Asia-Afrika Bandung, terutama di depan kantor PT PLN dan mulut Jalan Cikapundung Timur (kemudian diganti menjadi nama Jalan Ir Soekarno), bertebaran sejumlah pengamen hantu-hantuan, misalnya setan pocong, kuntilanak, genderuwo, drakula, dsb.

Kadang-kadang ada juga pengamen wanita tampilan ala Wonder Woman dan sejenisnya. Sebagian cowok lajang memanfaatkan mengintip bagian terbuka pakaian wanita itu.

Nah kita kembali ke zaman dahulu, sampai tahun 1921, dimana ada catatan bahwa Grote Postweg yang kini menjadi Jalan Asia-Afrika Bandung, di jalur Sungai Cikapundung, pernah menjadi sarang setan, terutama kuntilanak betulan.

Baca Juga: Di Pontianak, Ada Cerita Setan Kuntilanak Tewas Ditembak Meriam, Kisah Horor 'Bumbu' Sejarah

Bukan hanya masyarakat pribumi yang mempercayainya, rupanya orang-orang Eropa juga mempercayai.

Sampai sebelum tahun 1921, dari sejumlah dokumen foto yang diamati DeskJabar dari museum di Belanda, Grote Postweg di jalur Sungai Cikapundung (dekat alun-alun), suasannya masih rimbun dan teduh, terdiri pohon-pohon besar.

Namun oleh sejumlah orang, baik pribumi bahwa suasana rindang pohon lebat dan asri di Grote Postweg Sungai Cikapundung itu adalah tempat banyak makhluk halus bersemayam, termasuk kuntilanak.

Baca Juga: Hantu Rambut Panjang di Rumah, Inilah Jin Setan Dimaksud dan Cara Mengusir, Ustadz Adi Hidayat Menyebutkan

Sebenarnya, kepercayaan orang terhadap setan kuntilanak, merupakan salah satu peninggalan zaman animisme Pulau Jawa.

Suratkabar De Preanger-bode terbitan 13 Juni 1917, yang arsipnya tersimpan di Koninklijke Bibliotheek Delpher Belanda, menyebutkan, banyak orang percaya jalur Grote Postweg dekat Sungai Cikapundung adalah sarang setan kuntilanak.

Ketika itu, jalur Grote Postweg sekitaran Sungai Cikapundung dan Alun-Alun Bandung, saat itu sedang dibuat banyak bangunan modern yang tinggi.

Baca Juga: Cerita Horor di Bandung, Mengapa Hansip, Tukang Bakso, dan Tukang Sate Sering Disatroni Hantu Gentayangan ?

Pembangunan kota Bandung menjadi modern pada zamannya, menghabisi berbagai pohon-pohon lebat dan usianya sudah sangat tua di kawasan Grote Postweg.

Dalam pandangan redaksi De Preanger Bode, akan banyak makhluk halus yang menjadi tak lagi memiliki tempat bersemayam pada pohon-pohon besar.

Makhluk-makhluk halus tersebut, kemudian akan menjadi terlantar lalu berkerumun berkeliaran di tepi jalan lembah Sungai Cikapundung.

Baca Juga: Resep Bakmie Ayam Jamur, Pakai Mie Telor Kering, Cara Membuat Simple, Cepat, dan Yummy ! Bisa Ide Usaha

Juga disebutkan, orang-orang Eropa di Grote Postweg merasa nyaman melihat orang-orang pribumi yang umumnya beragama Islam, sedang beribadah sholat di masjid agung alun-alun Bandung yang suasananya masih asri.

Suratkabar De Preanger Bode tersebut, menyesalkan, mengapa pohon beringin tua berusia ratusan tahun di alun-alun Bandung kemudian dirobohkan demi pembangunan.

Dalam pandangan pihak suratkabar itu, pohon beringin besar di alun-alun Bandung sebenarnya sangat bermanfaat. Secara nyata di kehidupan dunia adalah peneduh dan membuat asri, termasuk bagi suasana masjid.

Baca Juga: Ular Asli atau Jin Menyamar, Ini 6 Cara Membedakan Ciri-ciri, Ustadz Khalid Basalamah Juga Menyebutkan

Kesedihan teramat dalam muncul ketika melihat pohon beringin tua tersebut sudah dirobohkan.

Dirobohkannya pohon beringin tua di alun-alun Bandung itu dinilai sebagai sesuatu yang kejam, sehingga membuat suasana sekitar alun-alun Bandung menjadi cukup terik.

“Mereka tampaknya tidak menyadari sedang menghancurkan ‘hotel antik kelas satu’ di Bandung (yang dimaksud adalah pohon beringin tua itu yang merupakan tempat tinggal para setan kuntilanak),” tulis suratkabar itu.

Baca Juga: Resep Steak Ayam Crispy Ala Restoran, Saus Lada Hitam, Cara Membuat Sendiri Dengan Mudah

Suratkabar De Preanger Bode itu juga mengungkapkan, di pusat kota Bandung kemudian akan berdiri berbagai bangunan tanpa pohon-pohonan.

“Mengerikan, akan apa jadinya Bandung!” tulis dalam surat kabar tersebut pula.

Menjelma 105 tahun kemudian pada abad 21 ini, lokasi dimaksud kini pernah hampir setiap hari dipenuhi sejumlah pengamen tampilan hantu-hantuan yang memenuhi trotoar di lokasi Jalan Asia Afrika Bandung itu dekat Sungai Cikapundung.

Baca Juga: Di Majalengka, Pria Nyaris Dapat Uang Rp 2 Miliar, Tapi Harus Menikah dengan Siluman Ular di Kertajati

Pemandangan di lokasi itu tentunya tidak dapat dijadikan “pembenaran” kondisi masa kini dikaitkan aspek historis lokasi dimaksud.

Apalagi, para pejalan kaki memerlukan fasilitas trotoar sebagaimana mestinya. Sebab, sebagian pejalan kaki menjadi terdesak ke jalan raya, dengan resiko terserempet kendaraan dan membuat macet lalu-lintas.***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x