Salah seorang warga Bandung, Yudi Nugraha, yang sedang berbelanja di Pasar Cikapundung, mengenang, “Zaman sekarang, pelajar dalam tasnya umum ada gadget atau smartphone, kalau dahulu, khususnya anak-anak laki-laki, di tasnya biasanya ada solder,” ujarnya.
Rekannya, Adang, mengatakan, bahwa pengalamannya yang paling berkesan adalah membuat intercom dan pemancar radio FM/AM.
Ketika itu, kenang mereka, suasana lingkungan orang-orang kebanyakan menjadi hangat. Kehadiran intercom dan radio pemancar radio mini lingkup RW menjadikan sarana komunikasi warga setempat.
Adang mengingat, penjualan kit rangkaian elektronika harganya rata-rata belasan ribu atau puluhan ribu rupiah, baik intercom, pemancar radio, amplifier, radio, radio komunikasi dll. Kalau rangkaian lampu klap-kelip atau bel rumah hanya sekitar Rp. 2.500 s.d 10.000.
Baca Juga: Inilah 5 Jalan di Kota Bandung yang Kabarnya Ada Hantu Tanpa Kepala dan Kuntilanak
“Kalau dibuat lagi, dengan belanja komponan yang sama, pada masa kini, tampaknya masih segitu-segitu juga. Cuma yang jual kit rangkaiannya masih ada atau tidak ?” Kata Adang.
Salah seorang penjual di Jaya Plaza Kosambi yang masih bertahan menjual komponen-komponen elektronika, Haji Kurnia, tampak langsung tersenyum mengenang suasana tahun-tahun 1985-1989 tersebut.
Disebutkan, kini sangat jarang yang menjual kit rangkaian elektronika. Yang umum pada masa kini masih ada, seperti amplifier atau lampu flip flop serta bel.