INILAH 7 Alasan Perlu Dibentuknya Supply Chain Center untuk Mengakselerasi Pemulihan Ekonomi Jabar

- 24 Desember 2021, 19:06 WIB
Akses Tol Bandara Kertajati
Akses Tol Bandara Kertajati /Antara

DESKJABAR - Supply Chain Center atau SCC menjadi pengejawantahan dari transformasi perekonomian Jabar yang terintegrasi dan berdaya saing tinggi di masa depan.

Namun, pembangunan SCC bukan hal mudah. Butuh kolaborasi lintas sektor dan daerah, termasuk soal kesiapan konektivitas dan aksesibilitas.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat Mohammad Taufiq Budi Santoso mengatakan, ada 7 alasan atau latar belakang kenapa pembangunan Supplay Chain Center di Jawa Barat amat krusial.

Baca Juga: DESA BANJARSARI Pangalengan Diterjang Banjir Bandang 76 Kepala Keluarga Jadi Korban, Namun tak Mengungsi

Adapun 7 alasan yang menjadi landasan perlunya pembentukan Supplay Chain Center adalah :

Pertama, Jabar menjadi pangsa pasar potensial bagi komoditas dan produk-produk dari luar Jabar.

Kedua, Jabar merupakan salah satu pusat industri di Indonesia. Sekitar 28 persen kawasan industri (KI) di Indonesia berada di Jabar.

Ketiga, Jabar belum memiliki data transportasi, logistik, permintaan, pasokan, dan pergerakan barang, yang komprehensif.

"Itu tidak hanya di Jabar, tetapi juga data antarprovinsi," kata Taufiq saat menjadi keynote speaker dalam Sosialisasi Program dan Produk Pusat Sistem Rantai Pasok/Supply Chain Center Jawa Barat via konferensi video, Kamis 23 Desember 2021.

Keempat, berkaitan dengan belum adanya peta logistik dan rantai pasok dari sentra produksi atau produsen ke konsumen, termasuk pasokan bahan baku, yang bisa dijadikan rujukan oleh semua pemangku kepentingan.

Kelima, Jabar belum memiliki jalur logistik dan rantai pasokan.

Baca Juga: KABAR PERSIB TERBARU, Nomor Punggung David da Silva Diumumkan, BOBOTOH SUKA CITA

Keenam, Jabar belum memiliki sistem logistik daerah untuk menciptakan logistik dan rantai pasok yang efisien dan biaya logistik yang optimal.

Ketujuh, Jabar belum mengoptimalkan fungsi sarana dan prasarana logistik, seperti Gedebage, Cikarang Dry Out, Bandara Kertajati, Pelabuhan Patimban, dan lainnya, untuk kepentingan ekspor, impor, maupun domestik.

"Kita ingin membangun SSC dengan tujuan untuk mengoptimalisasi semua pergerakan arus barang ini betul-betul bisa tersistem dan terintegrasi dengan sarana prasarana yang sudah ada dan akan dikembangkan," tutur Taufiq. 

"Kita harus berkolaborasi pentaheliks dalam satu tujuan yang sama. Ini adalah tantangan kita. SSC harus kita wujudkan karena inilah yang menentukan salah satu keberhasilan pemulihan ekonomi Jabar," imbuhnya.

Hal senada dikatakan Wakil Ketua Kadin Jabar Bidang Logistik Aldo Fantinus Wiyana. Menurutnya, kolaborasi lintas sektor dan daerah perlu diperkuat untuk mengimplementasi SCC di Jabar.

Baca Juga: Plt Wali Kota Bandung Siapkan 20 Pos Pengamanan Jelang Natal dan Tahun Baru 2022

Aldo tidak memungkiri bahwa membangun kolaborasi bukan hal mudah. Namun, menurutnya, ada empat hal yang perlu terus ditekankan dalam menguatkan kolaborasi, yakni information flow, supply chain infrastructure, financial instrument, dan policy.

"Bagaimana kebijakan pemerintah mendukung kehadiran Supply Chain Center ini," kata Aldo. "Ada faktor-faktor untuk kolaborasi adalah saling percaya, komitmen, dan jelas," imbuhnya.

Sementara itu, Nur Budi Mulyono dari Divisi PTT KPED Jabar menuturkan bahwa ada tiga prinsip mendirikan SCC untuk perunggasan.

Prinsip pertama adalah berbasis ekosistem. "Kita akan berusaha mendesain ini dengan melibatkan banyak pihak rantai pasok unggas. Prinsipnya leave no one behind," ucap Nur Budi.

Baca Juga: Gus Yahya Cholil Staquf: 'Ayah adalah Roll Dalam Membentuk Mental Seorang Anak Menjadi Penerus'

Kedua, start small. Menurut Nur Budi, prinsip tersebut menekankan agar implementasi Supply Chain Center dilakukan bertahap dengan mengedepankan kelayakan pengembangan, mulai dari hulu sampai hilir.

"Supply Chain Center akan menambahkan channel agar aksesibilitas pasar lebih luas. Jadi, ada penambahan channel," ucapnya.

Prinsip terakhir yakni insentif berbasis value. Hal itu bertujuan agar setiap stakeholder bergerak dan berkontribusi dalam sistem yang diimplementasikan. Dengan begitu, insentif yang dikembangkan didasarkan pada nilai sosial dan nilai pasar.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: KPED Jabar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah