Penemuan itu adalah gambar atau tulisan atau peta yang fungsinya untuk memberikan petunjuk serta arahan kepada para pelaku pembunuh ibu dan anak di Subang dalam melakukan aksinya.
Dengan adanya penemuan itu pula, Anjas di Thailand menepis dugaan jika kasus pembunuh ibu dan anak di Subang bermula dari perdebatan akhirnya konflik kemudian terjadi hal yang tidak bisa dikontrol.
“Kayanya agak kecil kemungkinan di sana (berawal dari perdebatan). Ini sepertinya sudah kasus pembunuhan berencana gitu, karena rapihnya kemudian detail-detail kecil”, ujar Anjas di Thailand.
Namun seperti keterangan dari dr Hastri, ahli forensik Mabes Polri yang merupakan salah satu tim di autopsi kedua kasus pembunuh ibu dan anak di Subang, jelas Anjas, secanggih-canggihnya pembunuhan pasti tetep saja ada kecerobohan karena mereka terburu-buru.
Dan kecerobohan itu, yang mungkin dikira pelaku sudah dibuang atau sudah dihancurkan, malah berhasil ditemukan atau terendus oleh anjing pelacak yang memiliki daya penciuman yang luar biasa.
“Banyak kasus kok di dunia dan Indonesia yang terpecahkan dengan petunjuk dari anjing pelacak”, ujar Anjas di Thailand.
Kembali ke tema pembahasan grafologi, Anjas di Thailand menuturkan, beberapa waktu lalu ia membaca di media massa seorang pengacara kasus pembunuh ibu dan anak di Subang mengatakan bahwa kliennya pernah diminta untuk menulis sesuatu di kertas, dan ada juga saksi yang diminta untuk melakukan tes tertentu yang hubungannya dengan tulisan dengan kertas.
“Itu adalah salah satu logikaku, logical reasonku kenapa ada banyak test-test yang dilakukan oleh tim penyidik yang kesannya kok ini mau cari kasus pembunuhan, kok banyak banget nih tes-test yang berhubungan dengan tulisan dengan kertas, ada apa?”, ujar Anjas di Thailand.