Pasca Terbakarnya Kilang Minyak Balongan, Ahli Ekonomi Unpad: Tidak Mengganggu Pasokan BBM ke Masyarakat

- 30 Maret 2021, 16:11 WIB
Dosen Departemen Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang juga Ahli Ekonomi Universitas Padjadjaran Yayan Satyaki, M.Si., PhD.,
Dosen Departemen Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang juga Ahli Ekonomi Universitas Padjadjaran Yayan Satyaki, M.Si., PhD., / unpad.ac.id/
 
 
 
DESKJABAR - Terjadinya kebakaran kilang minyak Pertamina Balongan di Indramayu, menurut Dosen Departemen Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang juga Ahli Ekonomi Universitas Padjadjaran Yayan Satyaki, M.Si., PhD, kejadian itu tidak terlalu signifikan mengganggu pasokan bahan bakar minyak (BBM) ke masyarakat.
 
Pasokan BBM pasca-terbakarnya tiga kilang minyak tersebut dipastikan aman setidaknya hingga masa setelah lebaran mendatang.
 
Dikutip dari laman website unpad.ac.id, Selasa 30 Maret 2021 Ahli ekonomi energi Universitas Padjadjaran Yayan Satyaki, M.Si., PhD., mengungkapkan, peristiwa terbakarnya tiga kilang minyak Pertamina Balongan, Kabupaten Indramayu, Senin 29 Maret 2021 dini hari tidak terlalu signifikan mengganggu pasokan BBM ke masyarakat.
 
“Tiga kilang itu berarti sekitar 10 -15%, secara makro tidak mengalami disrupsi. Itu masih bisa ditangani Pertamina,” katanya.
 
 
 
Menurut Yayan, kapasitas produksi kilang minyak Pertamina Balongan selama ini mencapai 125 ribu barel per hari. Disrupsi produksi akibat peristiwa kebakaran tersebut sekitar 10-15 persen, artinya sekira 12 ribuan barel produksi yang mengalami disrupsi.
 
Dirinya juga meyakini manajemen Pertamina masih mampu mengelola disrupsi ini dengan baik.  Artinya, pasokan BBM pasca-terbakarnya tiga kilang tersebut dipastikan aman setidaknya hingga masa setelah Lebaran.  “Kalau kerusakannya di atas 50 persen, saya kira baru bisa terdampak,” ujarnya.
 
Meski demikian, kilang minyak Pertamina Balongan ini sangat krusial dalam menjaga stabilitas energi nasional. Melalui kejadian ini, diharapkan pemerintah mulai serius membangun infrastruktur baru di sektor energi.
 
Yayan menuturkan, pemerintah seyogianya mulai berpikir jernih untuk mengalokasikan infrastruktur baru di bidang energi. Saat ini di pulau Jawa baru ada tiga kilang minyak Pertamina yang beroperasi.
 
 
 
Idealnya, perlu ada penambahan kilang minyak baru yang mulai dibangun, baik di Jawa maupun di luar Jawa. Karena itu, proses perbaikan kilang minyak Pertamina yang terbakar diharapkan menjadi stimulus untuk menambah infrastruktur baru. 
 
“Ini menjadi stimulan agar kebutuhan infrastruktur khusus untuk energi segera dieksekusi,” imbuh Yayan.
 
Sementara itu upaya penguatan infrastruktur energi perlu diprioritaskan demi mendukung stabilitas harga energi di Indonesia. Ini disebabkan, energi merupakan barang konsumsi publik yang perlu dijaga stabilitasnya.
 
“Kalau barang publik, berarti kewajiban pemerintah untuk menyediakan barang itu bisa diakses masyarakat. Artinya harganya harus efisien, masyarakat mampu beli, dan barangnya harus terus ada,” ucap Yayan.***
 

Editor: Ferry Indra Permana

Sumber: unpad.ac.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x