DESKJABAR – Gonjang-ganjing urusan impor beras sangat sering terjadi di Indonesia, terutama jika dikaitkan dengan masa bersamaan musim panen padi lokal.
Namun urusan sejarah impor beras untuk kebutuhan pangan masyarakat Pulau Jawa, sebenarnya sudah terjadi sejak zaman kolonial Belanda lalu.
Masyarakat Indonesia telah lama mengenal beras impor, apa itu ”beras Saigon”, yang merupakan salah satu catatan sejarah Jawa Barat berkaitan nama kapal SS Tjimahi.
Kata beras Saigon (orang Sunda sering menyebutnya beas segon), sebenarnya merujuk beras pasokan yang dikapalkan dari Pelabuhan Kota Saigon, Vietnam (kini bernama Ho Chi Minh City).
Baca Juga: Jawa Barat Melakukan Gerakan Penanaman Kedelai Tahun 2021 Dicanangkan di Kabupaten Kuningan
Berdasarkan penelusuran DeskJabar dari sejumlah arsip surat kaba dari Koninklijke Bibliotheek Belanda, urusan impor beras ke Pulau Jawa telah dilakukan sejak zaman kolonial Belanda awal abad ke-20 sampai tahun 1935.
Ada kesamaan sejak zaman kolonial Belanda sampai masa kini, impor beras ke Pulau Jawa rata-rata dilakukan pada Januari dan Februari, dengan hitungan cadangan sampai Maret.
Di Pulau Jawa, pada zaman kolonial tahun-tahun tersebut, bisnis beras di Pulau Jawa, perdagangan beras dalam jumlah cukup besar dikelola oleh korporasi, baik oleh orang-orang Tionghoa alias Cina (tanpa menambahkan huruf “H” pun bukan masalah).
Pebisnis beras yang terkenal saat itu adalah Handel Mij Kian Gwan milik konglomerat Oei Tiong Ham dari Semarang (kecuali beras saigon).