SEJARAH JAWA BARAT, 27 Rajab Isra’ Mi’raj Menarik Perhatian Media Berbahasa Belanda di Bandung

- 10 Maret 2021, 17:32 WIB
Bandung tahun 1946-1950
Bandung tahun 1946-1950 /Nederlands Instituut voor Militaire Historie

DESKJABAR – Kehidupan masyarakat beragama Islam yang merupakan jumlah terbesar di Indonesia, sudah banyak menjadi perhatian sejak zaman kolonial Belanda, salah satunya 27 rajab berkaitan peringatan Isra Mi'raj.

Pasca kemerdekaan Indnesia, sampai pertengahan tahun 1950-an, berbagai suratkabar di Indonesia masih banyak yang menggunakan Bahasa Belanda. Ini disebabkan, orang-orang Belanda atau Eropa lainnya masih banyak tinggal di Indonesia.

Pada masa-masa itu, orang-orang Indonesia pun masih sangat banyak yang bisa berbahasa Belanda.  

Baca Juga: Petani Keluhkan Harga Gabah Kering Turun Drastis, Pemda Pangandaran akan Dirikan Resi Gudang

Diantara salah satu pemberitaannya, adalah terkait 27 rajab peringatan Isra Mi’raj, dimana dalam perspektif orang Eropa, khusus media Belanda di Bandung, memberikan perhatian.

Dalam terbitan suratkabar Algemeen Indisch dagblad : de Preangerbode terbitan 31 Maret 1954. diberitakan sebuah acara peringatan Isra’ Mi’raj di Bandung. Arsip suratkabar tersebut tersimpan di Koninklijke Bibliotheek Delpher Belanda.

Pada saat itu, peringatan Isra’ Mi’raj pada malam 27 rajab bertepatan pada 1 April 1954.

Mengutip keterangan Disebutkan dalam berita itu,  Pejabat Pendidikan Agama Bandung,  MR Dasiba menggunakan Bahasa Sunda memberikan keterangan terkait arti dari Isra' dan Mi'raj.

“Nabi Muhammad SAW yang saat itu berusia 52 tahun melakukan perjalanan  dari Masjidil-Haram di Makkah ke Masjidil-Aqsha di Palestina, sedangkan dari Masjidil-Aqsha oleh Nabi. Mi'raj dilakukan ke Shidratul Muntaha di Surga,”demikian pernyataan Bapak MR Dasiba, Pejabat Pendidikan Agama Bandung, dalam Bahasa Sunda, terkait Isra 'dan Mi'raj (27 rajab).

Baca Juga: Doa dan Sholawat Malam 27 Rajab: Perbanyak Amalan Untuk Mengenang Isra Miraj, Biar Dapat Pahala

Kehidupan melekat

Singkat cerita, melalui keterangan MR Dasiba itulah, media-media berbahasa Belanda, dapat memperoleh penjelasan logis. Ini membuat sejumlah wartawan Belanda  yang kemudian memahami apa itu Isra’ Mi’raj.

Para wartawan Belanda  memperoleh penjelasan dan mengetahui, bahwa Isra’ Mi’raj adalah peristiwa dimana Nabi Muhammad SAW menerima perintah dari wahyu dari Allah Swt, bahwa manusia harus sholat lima waktu.

Para jurnalis Belanda kemudian memperoleh makna Isra’ Mi’raj, dimana melalui sholat lima waktu tersebut, manusia bisa berkomunikasi dengan Allah Swt. Sebab, manusia umumnya, tak lagi langsung berhubungan dengan Allah Swt seperti pada zaman para nabi.

Dikatakan, bahwa MR Dasiba menceritakan, dimana sepulang dari surga, Nabi Muhammad SAW menceritakan apa yang dilihat dan ditemui.

Baca Juga: Pengertian Tentang Biografi, Untuk Kaum Milenial Yang Belum Tahu Artinya

Intinya, bahwa perjalanan Isra’ Mi’raj yang dilakukan Nabi Muhammad SAW, adalah sesuatu yang sangat berkaitan dengan iman manusia kepada Allah Swt.

“Orang-orang yang berpikir sesuatu hanya secara logika dan sekuler, akan sulit mempercayainya. Namun itulah, sesuatu yang berada di luar nalar manusia, nyata terjadi dialami Nabi Muhammad SAW dan merupakan suatu bukti akan kehidupan kita selanjutnya,” kata MR Dasiba.  

Pada kesempatan itu, MR Dasiba memberikan komentar, bahwa di Republik Indonesia agama adalah sesuatu yang sangat penting dan melekat dalam kehidupan masyarakatnya.

“Mau semaju apa pun hasil pembangunan ekonomi, tanpa agama, kita akan mengalami kekosongan jiwa. Bahwa membangun sebuah negara yang sejahtera itu, sangat diperlukan peran agama,” ujarnya. (Kodar Solihat/DeskJabar) ***

 

 

     

 

 

Editor: Kodar Solihat


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah