MENGERIKAN! Benarkah Ancaman Sesar Lembang Bisa Membuat Kota Bandung Rugi Rp 67 Triliun?

3 Januari 2024, 06:30 WIB
Benarkah Kota Bandung bisa mengalami kerugian sampai Rp 67 triliun akibat sesar Lembang? /ANTARA/Raisan Al Farisi/

DESKJABAR – Terjadinya beberapakali gempa di wilayah Jawa Barat di punujung tahun 2023 yakni di Pangandaran dan Sumedang, mengingatkan kembali masyarakat akan ancaman yang bisa ditimbulkan sesar Lembang. Benarkah sesar ini bisa membuat Kota Bangung rugi hingga Rp 67 triliun?

Meski gempa yang ditimbulkan akibat aktifitas sesar Lembang jarang terjadi, namun dengan kenyataan bahwa  di kawasan Jawa Barat terjadi 1.155 kali gempa sepanjang tahun 2023, membuat sebagian masyarakat memikirkan kembali tentang ancaman sesar lembang.

Baca Juga: WASPADA, 5 Sesar Aktif Mengancam Kota Bandung, Salah Satunya Penyebab Gempa Sumedang di Malam Tahun Baru

Bahkan sejumlah penelitian tentang kemungkinan dampak yang diakibatkan sesar Lembang pernah dilakukan. Bahkan salah satunya menyebutkan, sesar sepanjang 29 kilometer ini bisa mengakibatkan Kota Bandung mengalami kerugian hingga Rp 67 triliun.

Dan yang perlu diwaspadai adalah selain dampak masifnya kerusakan yang akan terjadi, juga ancaman korban yang paling penting untuk selalu diantisipasi. Alasannya, karena sesar Lembang melewati kawasan-kawasan dengan aktifitas manusia yang cukup tinggi, seperti Pasar Lembang hingga kawasan Wisata Maribaya.

Antisipasi perlu dilakukan belajar dari gempa Cianjur yang terjadi pada 21 November 2022. Gempa berkekuatan magnitudo 5,6, telah mengakibatkan ribuan bangunan rusak dan ratusan koban jiwa. Besarnya dampak yang ditimbulkan, karena pusat gempa berpusat di darat dan dangkal yakni 10 kilometer barat daya Cianjur, akibat aktifitas sesar Cugenang.

Meskipun ukuran gempanya sedang, kedalamannya yang dangkal menyebabkan goncangan yang kuat. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan, sedikitnya 1.362 rumah rusak,dan 343 diantaranya rusak berat.

BNPB mencatat 335 orang tewas, namun data dari pemerintah Kabupaten Cianjur justru menunjukkan jumlah korban tewas mencapai 635 orang atau hampir dua kali lipat dari data resmi BNPB.

Kerugian Rp 67 Triliun, Benarkah?

Sesar Lembang merupakan rekahan bergeser (sesar) terdekat dari Kota Bandung, membentang hingga sekitar 29 km dari Gunung Batu Lembang hingga Padalarang.

Sesar Lembang adalah contoh jenis sesar rotasi yang bergerak ke kiri. Bagian tertinggi sesar ini setinggi 450 m di Gunung Palasari Maribaya, turun ke ketinggian 40 m di Cisarua.

Sesar Lembang juga mencakup kawasan Batunyusun, Gunung Batu, Gunung Lembang, Cihideung, Jambudipa, dan berakhir di ujung utara Padalarang, seperti dicatat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

Baca Juga: Sumedang Diguncang 6 Kali Gempa, Kapolda Jabar dan Pj Bupati Sumedang Tinjau Pasien di RSUD

Diperkirakan, Sesar Lembang terbentuk akibat perkembangan Kompleks Gunung Api Sunda-Burangrang di antara Padalarang dan Sumedang. Karena perkembangannya, muncul zona depresi di Lembang sebagai sesar turun.

Sejumlah penelitian telah dilakukan mengetai ancaman sesar Lembang, termasuk dampak kerugian yang bisa terjadi yang dialami wilayah-wilayah yang dekat dengan sesar Lembang, termasuk Kota Bandung.

BMKG Bandung menyebut Kota Bandung dan Cimahi menjadi daerah yang paling terdampak Sesar Lembang karena lokasinya berada di cekungan.

Menurut riset yang dilakukan oleh ITB dan Jepang, getaran gempa akibat pergerakan Sesar Lembang di cekungan Bandung bakal terasa sembilan kali lebih lama ketimbang di sumbernya.

Hal itu dibuktikan salah satunya dengan aktivitas Sesar Lembang yang terakhir kali mengguncang Kampung Muril, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat pada 28 Agustus 2011.

Pada peristiwa itu, aktivitas Sesar Lembang bergerak dengan hanya kekuatan 3,3 magnitudo. Namun, meski tidak terlalu besar sedikitnya ada 105 rumah warga di kawasan kampung tersebut mengalami kerusakan.

Ancaman tersebut terutama diakibatkan oleh potensi gempa yang dipicu oleh Sesar Lembang.

Pada 13 Desember 2018 hasil sebuah riset mengenai Sesar Lembang terbit di jurnal internasional Tectonophysics. Riset yang dikerjakan oleh Mudrik Rahmawan Daryono, peneliti geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), dan rekan-rekannya itu mengungkapkan bahwa Sesar Lembang memiliki potensi gempa kuat, yakni bisa mencapai 6,5 sampai 7,0 magnitudo.

Dalam laporannya disebutkan bahwa kekuatan gempa sebesar itu bisa muncul bila enam bagian Sesar Lembang bergerak bersamaan. Keenam bagian seperti ular panjang yang meliuk-liuk itu adalah Cimeta, Cipogor, Cihideung, Gunung Batu, Cikapundung, dan Batu Lonceng.

Keenam bagian patahan aktif itu membentang sepanjang 29 kilometer dari Kecamatan Padalarang di wilayah Bandung Barat hingga Kecamatan Cilengkrang di wilayah Bandung Timur.

Baca Juga: Polres Sumedang Buru Penyebar Hoaks Cadas Pangeran Longsor

BMKG pernah membuat peta simulasi apabila Sesar Lembang memicu gempa berkekuatan magnitudo 6,8. Hasilnya adalah daerah yang bakal terdampak paling parah oleh patahan aktif ini adalah kecamatan-kecamatan terdekatnya, seperti Kecamatan Cisarua, Kecamatan Lembang, Kecamatan Parongpong, dan Kecamatan Ngamprah yang membentang dari wilayah Bandung Barat hingga Bandung Timur.

Tidak hanya itu, dampak kerusakan juga akan dialami Kota Bandung mulai dari kerusakan sedang hingga berat.

Bahkan, salah seorang peneliti ITB yakni Muhammad Haikal Sedayo, pernah membuat sebuah riset untuk mengestimasi besar kerugian Kota Bandung akibat Sesar Lembang.

Hasil perhitungannya menyimpulkan bahwa apabila Sesar Lembang menimbulkan gempa 6,8 magnitudo, Kota Bandung diperkirakan bakal menderita kerugian rata-rata sebesar Rp 61 triliun dengan standar deviasi +/- Rp 20,93 triliun.

Tim Peneliti Unpad juga pernah melakukan penelitian untuk memetakan ancaman yang ditimbulkan oleh aktifitas Sesar Lembang.

Dalam laporan yang dimuat di Jurnal Unpad pada April 2027 dilaporkan bahwa dari peta geologi yang telah dipublikasikan, Sesar Lembang ini berarah barat-timur, membentang mulai dari selatan Gunung Tangkubanparahu – Lembang - Maribaya-hingga ke lereng bagian barat Gunung Manglayang.

Lembang yang merupakan kota kecamatan, termasuk dalam zona sesar normal, saat ini telah berkembang menjadi pusat perdagangan, pemukiman dan wisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanagara.

Sesar merupakan daerah rawan gempa, hal ini disebabkan karena di dalam zona sesar sifat kekompakan batuannya berkurang sehingga apabila terjadi gerakan pada kulit bumi sebagian besar rambatan gelombangnya disalurkan memalui jalur sersar.

Berdasarkan hal ini maka daerah-daerah rawan gempa di sepanjang jalur zona sesar Lembang adalah Lembang Kota, Pasar Lembang, Teropong Bintang, Lokasi Wisata Maribaya, Pemukiman di sekitar Desa Cibodas dan beberapa lokasi peristirahatan di bagian barat Lembang.

Peta sesar Lembang yang membentang sepanjang 29 kilometer.

Kota Bandung Dilindungi Gunung-Gunung

Pendapat berbeda dikemukakan seorang gelogo independen, Awang Harun Satyana dalam sebuah acara webinar pada tahun 2021.

Menurutnya, wilayah Kota Bandung cenderung aman dari bahaya Sesar Lembang. Pertama, karena di antara wilayah Sesar Lembang dan Kota Bandung terdapat gunung-gunung api yang akan melemahkan gaya gempa dari Sesar Lembang ke Kota Kembang tersebut.

Baca Juga: SELAMAT, 89 Pejabat di Lingkup Pemda Ciamis Dilantik, Bupati Herdiat Sunarya: Kerja yang Baik dan Syukuri

Selain itu, Awang juga meragukan bahwa Sesar Lembang benar-benar dapat menghasilkan gempa bumi hingga sebesar 6,5 sampai 7 Magnitudo.

"Gempa-gempa yang tercatat pernah terjadi di Sesar Lembang selama ini hanyalah gempa-gempa kecil," kata Awang alam acara webinar bertajuk "Melihat Ulang Ancaman Gempa dari Megathrust Jawa dan Sesar Lembang: Pertimbangan Geotektonik" pada 13 Maret 2021.

Berdasarkan data-data yang ia telaah, Awang sendiri meyakini bahwa Sesar Lembang terbentuk dari hasil aktivitas vulkanis dari dua gunung api di dekatnya. "Jadi ini adalah sesar lama, dulunya terjadi karena collapse (runtuhan) Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Parahu," ujarnya. Sesar ini terbentuk pada 105 ribu hingga 24 ribu tahun yang lalu.

Karena ada gaya subduksi lempeng, Sesar Lembang kemudian terbentuk menjadi sesar mendatar yang sinistral atau bergeser ke arah kiri. Laju pergeseran sesar ini adalah 4 sampai 6 milimeter per tahun, kata Awang.

Posisi tektonik Sesar Lembang ada di intraplate alias tengah lempeng, bukan di tepi lempeng atau suture teran (sambungan mikrolempeng) seperti Sesar Palu, Sesar Sumatra, Sesar Sorong. Maka, menurut Awang, reaktivasi Sesar Lembang akan bersifat sekunder, yakni karena adanya propagasi tekanan dari tepi lempeng.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: BMKG Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler