Kurikulum Merdeka Mutlak Dikuasai Guru, SMAN 8 Kota Tasikmalaya Gelar Workshop, Ini Harapannya

24 Mei 2023, 15:41 WIB
Plt Kepala SMAN 8 Kota Tasikmalaya, Drs. Dadan Ahmad Sofyan, M.Pd, memaparkan pentingnya penguasaan Kurikulum Merdeka /Budi S Ombik/DeskJabar.com/

 

 

 

DESKJABAR - Dalam upaya meningkatkan kompetensi menghadapi Kurikulum Merdeka SMAN 8 Kota Tasikmalaya gelar giat workshop, Optimalisasi Pemahaman Kurikulum Merdeka untuk Menyongsong Diterapkannya Kurikulum Merdeka Tahun Pelajaran 2023/2024.

Workshop Kurikulum Merdeka guna meningkatkan kompetensi para guru di SMAN 8 Kota Tasikmalaya digelar satu hari pada Rabu 24 Mei 2023 di Kamandara Resto, Mangkubumi.

Workshop selain dihadiri para guru, para Wakasek (Wakil Kepala Sekolah) SMAN 8 Kota Tasikmalaya juga Kepala Cabang Dinas (KCD) XII Kota/Kabupaten Tasikmalaya, Dedi Suryadin S.Pd.

Baca Juga: Kick Off PPDB 2023, SMAN 7 Kawalu Kota Tasikmalaya Berada di Diskotik, Yonandi Sebut Memaklumi

Dalam sambutannya Plt Kepala SMAN 8, Drs. Dadan Ahmad Sofyan, M.Pd, mengatakan jika sebuah lembaga ingin maju maka harus memenuhi beberapa hal, diantaranya Positioner atau keselarasan.

Keselarasan yang dimaksud adalah disaat suatu lembaga melakukan sebuah program tertentu maka yang didalamnya wajib, apalagi program itu sudah digariskan pemerintah.

"Dan program itu sudah ada juklak juknis sekaligus panduannya untuk bisa dilaksanakan, termasuk Kurikulum Merdeka ini," kata Dadan Ahmad Sofyan.

Selanjutnya, tambahnya, konsep difference atau pembeda. Di sini ada semangat membedakan, tetapi otomatis pembeda ini adalah membeda hal yang positip.

Baca Juga: Peringati Hari Pendidikan Nasional 2023, BBPMP Provinsi Jabar Gelar Acara dengan Puncaknya Gebyar Jalan Sehat

"Daya pembeda itu justru yang menggerakan kekuatan, menggerakan apa dan lain sebagainya," cetus Dadan.

Jika daya pembeda itu muncul jika kita negatif, bagaimana mendorong menjadi setara bahkan lebih. Kemudian, kata Dadan, konsekwensi Brands Making atau Pencitraan.

Media online, media informasi harus mengungkapkan program program yang ada di sekolah kita. Halnya hari ini, harus diangkat, kegiatan luar biasa harus diangkat dalam media kita.

"Ada instagram, twitter, facebook SMAN 8 tolong untuk diangkat," cetus Dadan Ahmad Sofyan.

KCD XII

Sementara itu Kepala KCD XII Kota/Kabupaten Tasikmalaya, Dedi Suryadin S.Pd dengan gamblang menjelaskan, menghadapi abad 21 ini ada beberapa faktor yang harus diperhatikan.

Baca Juga: Inilah Nama-nama Daerah di Bogor yang Diplesetkan dengan Percintaan, Membuat Gelak Tawa yang Membacanya

Dedi Suryadin menyebut Karakter. Karekter di Kurikulum Merdeka mutlak, dan ini ada dua hal yaitu karakter kerja dan karakter moral.

Ada orang yang kinerjanya bagus tapi moralnya tidak bagus begitupun sebaliknya. Jadi kita menginginkan seseorang karakternya utuh.

Intinya kita mengharapkan moralnya bagus kinerjanya bagus. Jika mencuplik UU Nomor 20 tahun 2003, yaitu puncaknya proses pendidikan Indonesia mencetak urusan yang berbudi pekerti luhur.

"Bahasa kita mah tos we ahlaqul kharimah," ucap Dedi Suryadin.

Selanjutnya, adalah Kompetensi, What is competent. Melakukan sesuatu ada dasar ilmu, dilakukan dengan SOP (standar operasional prosedur).

Di sisi lain Cece Sutia, M.Pd, pemateri pada acara workshop tersebut menyebutkan, pemahaman kurikulum merdeka secara sederhanya adalah dalam bahasa inggrisnya bukan freedom tapi independent.

Di sini jelas beda antara freedom dan independent. Jadi guru diberi kebebasan menentukan, mulai tujuan pembelajaran, proses pembelajaran sesuai dengan konteks siswa siswi, kontek potensi siswa siswi dan konteks sekolah.

"Kalau dulu kurikulum itu ditentukannya kan dari Sabang sampai Merauke itu sama semua, nah sekarang setiap sekolah urutan materinya bisa berbeda," kata Cece.

Kedalam materi pun bisa berbeda tergantung dari konteks peserta didiknya masing masing. Lalu kemerdekaan lainnya adalah, tambah Cece, terkait dengan jam pelajaran.

Jika sebelum Kurikulum Merdeka itu jam pelajarannya sama semua, namun saat ini (Kurikulum Merdeka) sangat fleksibel, dalam arti memberi kebebasan dengan catatan jam pelajarannya memenuhi minimum per tahun.

"Itu jam pelajaran. Kemudian dari segi pemilihan Mapel (mata pelajaran) siswa diberi kemerdekaan untuk memilih," tuturnya.

Jika dulu, lanjut Cece, ada IPA, ada IPS tapi sekarang justru diberi kemerdekaan untuk memilih sesuai keunginan masing masing (keunginan individu siswa).

"Jadi kalau siswa cita citanya kedokteran berarti wajibnya biologi, ini jelas berbeda dengan sebelumnya yang diarahkan langsung tanpa diberi kemerdekaan untuk menentukan sendiri," kata Cece.

Dengan digelarnya workshop ini, lanjut Cece, guna mempersiapkan guru guru di tahun ajaran baru salah satunya Kurikulum Merdeka.

"Para guru harus mampu dan paham dengan Kurikulum Merdeka, jika tidak dipersiapkan dari sekarang bahaya," cetusnya.

Jika diantara guru yang kurang paham terkait Kurikulum Merdeka, lanjutnya lagi, bisa konsultasi dan masih menyisakan waktu cukup panjang untuk memahaminya.

"Juni ke Juli kan waktunya satu bulan setengah, kemudian belasan Juli sudah masuk sekolah dengan Kurikulum Merdeka, sehingga setiap guru bisa mempersiapkan dirinya," tuturnya.***

Editor: Ferry Indra Permana

Tags

Terkini

Terpopuler