SEJARAH Panjang Waduk Jatigede Sumedang yang Pernah Digagas Sejak Zaman Hindia Belanda

6 April 2023, 19:01 WIB
Waduk Jatigede Sumedang memiliki sejarah panjang sejak era Hindia Belanda /sda.pu.go.id/

DESKJABAR- Waduk Jatigede yang berada di kawasan Kabupaten Sumedang dan Majalengka memiliki sejarah menarik. Selain waduk ini sebagai waduk terbesar kedua di Indonesia setelah Jatiluhur Purwakarta, waduk ini juga menyimpan sejarah menarik yang cukup panjang.

Waduk ini memiliki sejarahnya cukup panjang. Gagasan pembangunan waduk ini sudah ada sejak Orde Lama di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno. Bahkan dalam catatan kepustakaan, gagasan pembangunan waduk ini bahkan sudah ada sejak zaman Hindia Belanda.

Baca Juga: SUMEDANG akan Jadi Pusat Ekonomi Indonesia, IKN Tidak Tepat di Kalimantan Melainkan di Sumedang, Ini Alasannya

Waduk Jatigede hadir dengan memiliki multifungsi yakni sebagai Pusat Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), sumber pengairan untuk sawah seluas 97 hektare yang berada di wilayah Sumedang, Majalengka, Indramayu, dan Cirebon.

Tidak hanya itu saja, kehadiran waduk yang rampung sekitar tahun 2015 itu, juga menjelma menjadi destinasi wisata favorit di wilayah Kabupaten Sumedang, serta tempat olahraga air bagi para atlet dayung, seperti halnya di Jatiluhur.

Sejarah Waduk Jatigede

Dikutip dari sebuah sumber, Kepala Satuan Kerja Waduk Jatigede, Airlangga Mardjono mengemukakan bahwa sebenarnya gagasan pembangunan waduk ini sudah muncul sejak era pemerintahan Presiden Soekarno yakni pada tahun 1963.

Tujuannya saat itu adalah untuk menampung dan menambah irigasi serta untuk penyaluran air baik untuk pesawahan maupun untuk air minum.

Namun dilihat dari kepustakaan yang dikutip dari laman SISEMAR. sumedangkab.go.id, gagasan pembangunan waduk itu sudah ada sejak zaman Hindia Belanda. Kala itu, Pemerintah Hindia Belanda merencanakan pembangunan tiga waduk di sepanjang aliran Sungai Cimanuk, dan waduk Jatigede merupakan waduk utama dan yang paling besar.

Namun, pembangunan ketiga waduk itu mendapatkan tentangan dari masyarakat sekitar, sehingga pembangunannya pun dibatalkan.

Baca Juga: SUMEDANG Berhasil dalam Penanganan Stunting, Banyak Daerah Berguru ke Sumedang

Waduk Jatigede akhirnya dibangun pada tahun 2008 di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan dinyatakan rampung hingga diresmikan pada tahun 2015 dan beroperasi penuh pada tahun 2017.

Bendungan ini memiliki luas keseluruhan 4.980 hektare, dan wilayahnya mencakup daerah Majalengka dan Sumedang.

Area genangan Waduk Jatigede meliputi 28 desa di Kecamatan Darmaraja, Kecamatan Wado, Kecamatan Jatigede, dan Kecamatan Jatinunggal.  Relokasi pertama dilakukan pada tahun 1982. Desain pembangunan waduk ini dilakukan pada tahun 1988, dan disambung 20 tahun kemudian yaitu proses konstruksi pada tahun 2007-2015. Pembangunan Waduk Jatigede saai itu menalan anggaran mencapai Rp 6,5 triliun.

Waduk ini dibangun dengan membendung Sungai Cimanuk yang berada di wilayah Kecamatan Jatigede, dan memiliki kapasitas daya tamping air mencapai 979,5 juta meter kubik, yang menjadikannya sebagai waduk terbesar kedua di Indonesia setelah Waduk Jatiluhur di Purwakarta.

Dengan daya tamping air sebanyak itu, waduk ini mampu mengairi seluas 90 ribu hectare sawah produktif di wilayah Sumedang, Kabupaten Cirebon, Indramayu, dan Mejalengka.

Selain itu, air dari Waduk Jatigede juga  dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berdaya 110 Megawatt (MW). Waduk ini juga akan memasok air bersih bagi warga sekitar dengan kapasitas hingga 3.500 meter kubik per detik.

Saat ini Waduk Jatigede menjelma menjadi destinasi wisata favorit di wilayah Sumedang, karena menawarkan pesona pemandangan di sekitar waduk.***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler