Kuliah Subuh Di Masjid Agung Tasikmalaya pada tahun 1980 sampai 1990 an Jadi kegiatan Ramadan yang tak terlupa

29 Maret 2023, 13:19 WIB
Masjid Agung Tasikmalaya. /Tangkapan layar instagram @asep_botz/

DESKJABAR – Ramadan dan kegiatan kuliah subuh di Kota Tasikmalaya sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan, sejak tahun 1980 an sepanjang ingatan penulis, kegiatan kuliah subuh di kota agamis ini sudah diselenggarakan.

Ada beberapa waktu berharga untuk mengisi ibadah saum di kota Tasikmalaya, salah satunya adalah kegiatan kuliah subuh yang diselenggarakan oleh DKM Masjid Agung Tasikmalaya setiap bada shalat subuh, selain ngabuburit sambil shalat berjamaah atau tadarusan di Masjid Agung Tasikmalaya.

Kegiatan rohani ini pada paruh tahun 1980 an begitu terkenalnya di masyarakat Tasikmalaya terutama mereka kaum remaja yang berbondong-bondong datang ke Masjid Agung yang di kalangan orang Tasik kala itu disebut dengan “Kaum”.

Pendek kata jika orang Tasik menyebut nama Kaum, interpretasi orang yang mendengarnya akan langung menyebut Masjid Agung.

Setelah melaksanakan ibadah sahur, anak remaja Tasikmalaya kala itu sudah bersiap menuju Kaum atau Masjid Agung Tasikmalaya. 

Mereka datang dari berbagai arah, ada yang datang dari kawasan HZ Mustofa, sejak daerah Nagarawangi hingga ke daerah Cibaregbeg.

Ada pula yang datang dari arah Sukalaya, Bantar hingga ke daerah Bojong, juga ramai-ramai berbondong-bondong datang ke Masjid Agung untuk kuliah subuh.

Dari arah lain datang dari kawasan Cimulu, Lengkong sampai Panamun. Yang terhitung dekat ke Masjid Agung seperti daerah Babakan Payung, Gunung Pereng, Sukawarni, Selakaso, Pataruman, Panyarutan pun kerap datang ke Masjid Agung.

Hampir seluruh daerah di pusat kota ini menyerbu Masjid Agung untuk mengikuti kuliah subuh

 Baca Juga: Gempa Terkini Cianjur, Sukabumi, Bogor, Rabu 29 Maret 2023 Barusan, BMKG Sebut Gempa Didarat 4.0 M

Baca Juga: AHY Bertemu Kaum Milenial Bandung, Bicara Soal Pentingnya SDM Menyongsong Indonesia Maju 2045

Tumpah ruah warga Tasik untuk datang “nyubuh” ke Masjid agung ingin mengikuti kuliah subuh. Ada yang berjalan kaki beramai-ramai, tak sedikit juga yang menggunakan sepeda sambil berboncengan.

Tak sedikit dari mereka yang menggunakan sepeda ini bareng bersama perempuan “gebetan”. Tak dapat dipungkiri kegiatan nyubuh ini bagi sebagian anak remaja digunakan untuk mengincar lawan jenis, karena setiap hari bertemu. 

Benih-benih suka pun terjadilah di antara kaum adam terhadap lawan jenisnya

Karena tak sedikit bagi anak laki-laki yang datang ke acara kuliah subuh tapi hanya ikut shalat subuh berjamaah, setelah itu keluar Masjid untuk melanjutkan acara jalan-jalannya. Haduuh.

Yang paling membuat anak remaja putri ketakutan adalah kenakalan anak laki-laki yang sering menyalakan petasan tatkala mereka melihat ada rombongan perempuan beramai jalan kaki, Mereka menyalakan petasan yang kala itu masih terhitung bebas tidak seperti saat ini ada pelarangan.

Gelegar suara petasan yang tiba-tiba terdengar karuan membuat anak-anak perempuan kaget dan blingsatan melarikan diri sebisa mungkin.

Pemandangan teriakan anak remaja putri ini menjadi pemandangan yang khas kala itu di antara riuhnya teriakan anak perempuan yang ketakutan, anak laki-laki bersepeda dan yang lainnya yang sibuk mencari tempat untuk mengikuti tausiyah saat kuliah subuh.

Kegiatan Kuliah Subuh ini kemudian menjadi wajib sifatnya  bagi siswa sekolah untuk mengikutinya. 

Masih terekam dalam ingatan, pada tahun-tahun itu siswa sekolah diwajibkan untuk mengikuti Shalat Tarawih dan mencatat isi dari kandungan ceramah Tarawih dan Kuliah Subuh.

Mencatat isi kandungan ceramah ini dimaksudkan agar Siswa menyimak betul apa yang disampaikan narasumber, bukan sebaliknya bercanda atau ngobrol sesama temannya.

Kuliah subuh di Masjid Agung kini masih diselenggarakan meski vibe nya tak seperti di tahun 1980 an sampai tahun 1990 an.

Kenangan naik sepeda dari daerah Cibeureum atau daerah Kawalu ke Masjid Agung, naksir perempuan yang setiap hari dijumpai di halaman masjid Agung dan suara petasan yang tak disangka ada di sebelah atau di belakang kita menjadi bagian dari kenangan yang tak bisa dilupakan bagi warga Tasikmalaya yang pernah mengalaminya.

Yang tak kalah asik adalah pengalaman saat selesai acara kuliah subuh bisa berjalan bersama  perempuan yang kita taksir untuk mengantarkan ke depan rumah meski harus jalan kaki. Sangat romantis.***

Editor: Sanny Abraham

Tags

Terkini

Terpopuler