Akses Jalan ke SMAN 1 Salopa Parah, Warga dan Siswa Dituntut Perjuangan Ekstra

3 Februari 2023, 08:21 WIB
Guru dan siswa siswi SMAN 1 Salopa berjalan diantara medan jalan yang berbatu dan tidak diaspal / Budi S Ombik/ DeskJabar.com/

 

 

 


DESKJABAR - Penuh perjuangan. Itulah kata kata bijak bagi siswa siswi SMAN 1 Salopa, guru dan masyarakat di Kampung Suniabana Desa Mulyasari Kecamatan Salopa Kabupaten Tasikmalaya.

Kampung Suniabana adalah lokasi gedung SMAN 1 Salopa, dibawah kaki Gunung Tasik yang kondisi jalannya rusak berat.

Untuk sampai ke lokasi sekolah, siswa siswi dituntut perjuangan ekstra, sekalipun guru dan masyarakat sekitarnya.

Baca Juga: Pesta Demokrasi Pilkades Sinarsari Bogor Digelar Maret 2023, Inilah Profil Tiga Calon Kades Sinarsari

Pasalnya lokasi SMAN 1 Salopa harus ditempuh dengan kondisi jalan bebatuan yang licin tanpa diratakan dan tidak diaspal serta curam.

Jarak tempuhnya pun cukup jauh meski menggunakan kendaraan motor. Selain melalui perkebunan dengan pohon pohon tinggi serasa di hutan.

Juga akses perjalanan tidak ada pilihan lain. Saat mengendarai motorpun harus ekstra hati hati, karena sisi kanan adalah tebing dengan kedalaman cukup curam.

"Atos we pak ti ngawitan Kantor Desa dugi ka SMAN 1 Salopa kirang langkung 2 km, jalana parah alias butut."

Baca Juga: Masyarakat Harus Tahu Ini, Pohon Palem Kuning Bermanfaat Besar bagi Kesehatan, Tanamlah di Depan Rumah Anda

(Kondisinya dimulai dari Kantor Desa hingga ke bangunan SMAN 1 Salopa, kurang lebih sejauh 2 km, jalannya hancur pak)," kata Enok warga Kampung Suniabana Desa Mulyasari Kecamatan Salopa Kabupaten Tasikmalaya.

Kondisi jalan rusak itu, kata Enok, sudah berlangsung hingga 21 tahun lebih, jadi tak heran banyak siswa siswi SMAN 1 Salopa masuk kelas kesiangan.

"Apalagi saat hujan mulai mengguyur jalan licin, ya harus hati hati lah," tuturnya.

Perjuangan Siswa Siswi SMAN 1 Salopa

Akses menuju SMAN 1 Salopa Kabupaten Tasikmalaya yang kondisinya rusak berat tersebut, diakui siswa siswa yang jarak rumah ke sekolah cukup jauh.

Selain kondisi jalan rusak dan berbatu, bergelombang juga saat dilaluipun harus ekstra hati hati.

Baca Juga: Jadwal Lengkap Thailand Masters 2023 Hari Ini 3 Februari: 9 Wakil Indonesia Akan Berlaga di Perempat Final

"Saya harus berangkat dari rumah sepagi mungkin pukul 06.00 WIB untuk segera sampai di sekolah pukul 07.00 WIB," kata siswa SMAN 1 Salopa kelas XII, Ikhsan Hidayat.

Ikhsan Hidayat adalah siswa SMAN 1 Salopa Kabupaten Tasikmalaya warga di daerah perbatasan antara Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Pangandaran.

" Rumah saya kan di Kampung Ciwilis Desa Jayasari Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran, yang merupakan wilayah perbatasan," kata Ikhsan.

Diakuinya selama itu dirinya harus berjuang melewati jalan terjal berbatu dan bergelombang tanpa aspal untuk sampai ke sekolah.

Hal senada diungkapkan siswi SMAN 1 Salopa lainnya, dirinya merasa was was saat pulang sore hari.

Baca Juga: Jadwal dan Link Live Streaming Thailand Masters 2023, Perang Saudara di Babak 8 Besar

Hal ini disebabkan selain akses jalan yang rusak berat juga harus melintasi perkebunan dan pohon pohon besar bak di hutan.

"Saya kan seorang perempuan kalau pulang sore khawatir juga," kata Alia listiamarwah siswi kelas XII .

Pengakuan Kepala Sekolah SMAN 1 Salopa

Kondisi itu dibenarkan guru SMAN 1 Salopa, bahwa dengan medan jalan yang mengerikan tersebut menjadi kendala ketepatan waktu.

"Memang benar seperti itu kondisinya, saya saja dari Langkaplancar setiap hari menggunakan motor harus pergi pukul 05.55 WIB," kata Kiswanto S.Pd.

Diakuinya meski berangkat sepagi itu, tapi ketika datang ke sekolah pasti terlambat karena medan jalannya yang menantang.

"Saya paling cepat datang ke sekolah pukul 07.05 WIB. Menurut saya itu waktu paling cepat," ucapnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMAN 1 Salopa, Ina Reina Susanti, S.Pd., M.M.Pd, menyebutkan, bahwa dengan berbagai pertimbangan masuk sekolah diputuskan menjadi pukul 07.15 WIB.

"Kita rempugan dengan semua guru di sini karena melihat medan yang perlu perjuangan ekstra seperti itu," kata Ina.

Diakui, pihaknya sangat bangga melihat motivasi anak didiknya memiliki semangat tinggi untuk pergi ke sekolah dengan medan seperti itu.

"Itulah yang menjadi pemicu kami di sini dengan berbagai pertimbangan dan memberikan toleransi waktu masuk kelas," tuturnya.***

Editor: Ferry Indra Permana

Tags

Terkini

Terpopuler