DESKJABAR- Perlu diketahui bahwa Jawa Barat tercatat sepanjang bulan maret 2022 kemarin telah mengalami gempa bumi sebanyak 95, kata Teguh Rahayu, dan kejadian gempa bumi tertinggi terdapat diwilayah Sukabumi.
Hal ini merupakan salah satu peristiwa gempa bumi yang lumayan banyak dalam kurun waktu sebulan.
Kemudian dari peta distribusi epicenter gempa bumi periode maret 2022 kemarin mengalami setidaknya 69 kejadian gempa bumi.
Umumnya kejadian 69 ini terjadi di daerah laut pulau Jawa dan sekitarnya.
Gempa bumi ini sebagai akibat dari subduksi pertemuan antara lempeng Tektonik Indo- Australia dan Eurasia.
Kemudian sepanjang bulan maret 2022 juga terjadi 19 kali gempa bumi di wilayah darat tetapi dengan kedalaman yang dangkal sebagai aktivitas sesar lokal serta 7 gempa bumi lainnya terjadi juga di darat.
Namun ini diakibatkan dari adanya subduksi pertemuan antara lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia.
Selanjutnya kejadian gempa bumi terjadi dengan kedalaman yang bervariasi pada rentang 1 hingga 370 km.
Sedangkan untuk magnitudo gempa bumi terbesar tercatat adalah sebesar 5,5 dan magnitudo terkecil tercatat ada pada 1, 8.
Gempa bumi terbesar dalam kurun waktu bulan Maret 2022 terjadi di wilayah Sukabumi Jawa Barat pada 16 Maret 2022 tepatnya pukul 10:00 WIB yang berpusat pada 7,94 Lintang Selatan dan 106, 94 Bujur Timur yaitu pada kedalaman 10 km.
Perlu diketahui juga sepanjang bulan maret 2022 Jawa Barat sudah 14 kali kejadian gempa bumi yang dirasakan.
Kembali pada peristiwa gempa bumi terbesar yang terjadi di wilayah Sukabumi, gempa ini berkekuatan sebesar M5.5 dan dirasakan di daerah Palabuhanratu, Cianjur dengan skala intensitas IV MMI.
Dan di daerah Garut, Pandeglang, Bayah, dan Panimbang dengan skala intensitas III MMI, dan di daerah Lebak Selatan, Cilegon dan Sukabumi dengan skala intensitas II-III MMI.
Serta di daerah Jakarta, Banjar, Bandung Barat, Purwakarta, Tanggerang Selatan, Bandung, Bekasi, Depok, dan juga Serang dengan skala intensitas II MMI.
Dengan memperhatikan lokasi epicenter dan juga kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi serta hasil analisis mekanisme sumber menunjukan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik.
Oleh karena itu Badan Meteorologi dan Geofisika menghimbau agar masyarakat tidak perlu takut dan panic.
Serta, jangan mudah terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan juga selalu menghindari bangunan retak demi keamanan bersama.***