Orang Sunda Pewaris Kujang Pabu Siliwangi, Mitos atau Fakta?

24 Januari 2022, 13:28 WIB
Ilustrasi Kujang. Inilah awal cerita sebuah senjata Kujang Prabu Siliwangi yang siap akan diwariskan pada generasi mendatang orang Sunda yang selalu berasosiasi dengan Kerajaan Padjadjaran Makukuhan. /Pikiran Rakyat/Yusuf Wijanarko/

 

DESKJABAR – Orang Sunda adalah pewaris Kujang Wayang buatan Prabu siliwangi dianggap dongeng oleh masyarakat awam, benarkah demikian?

Salah satu dari beberapa koleksi kujang yang dimiliki oleh orang Sunda, Kujang Wayang peninggalan Prabu Siliwangi telah dikoleksi Musium Sri Baduga Bandung.

Cikal bakal Kujang Prabu Siliwangi ini sudah ada sejak zaman Prabu Siliwangi dan Kerajaan Pajajaran atau Kerajaan Sumedang Larang yanga akan diturunkan kepada orang Sunda.

Baca Juga: MEGATHRUST DI SELAT SUNDA Berpotensi Tsunami, Pakar ITB: Survei Menunjukkan Regangan Selat Sunda Semakin Besar

Kujang Prabu Siliwangi adalah sebuah jimat atau azimat, pertama kali muncul di masa Kerajaan Padjadjaran Makukuhan dan Panjalu.

Tepatnya awal cerita pada masa pemerintahan Prabu Kudo Lalean(disebut juga Prabu Kuda Lelean bertempat di tanah Sunda dan Kerajaan Panjalu Ciamis).

Seorang Prabu Kuda Lelean/Kudo lalean juga dikenal sebagai Hyang Bunisora dan Batara Guru di Jampang karena menjadi seorang pertapa atau resi yang mumpuni di Jampang (Sukabumi).

Sejak itu, fungsi Kujang secara berangsur-angsur dipergunakan para raja dan bangsawan Kerajaan itu sebagai lambang kewibawaan dan kesaktian.

Suatu hari ketika itu Prabu Kudo Lalean tengah melakukan tapa brata di suatu tempat. Tiba-tiba sang prabu mendapat ilham untuk mendesain ulang bentuk Kujang, yang saat itu dipergunakan sebagai alat pertanian.

Baca Juga: Raden Kian Santang, putra Prabu Siliwangi Menyebarkan Islam di Wilayah Priangan, Ternyata Istrinya ...

Ilham desain terbaru yang tergambar di benak sang Prabu pada saat itu muncul bentuk gambar mirip dengan Pulau Djawa Dwipa, yang dikenal sebagai Pulau Jawa pada masa itu.

Setelah mendapat ilham itu, segera prabu Kudo Lalean menugaskan Mpu Windu Supo, seorang pandai besi dari keluarga kerajaan.

Ia diminta membuat mata pisau seperti yang ada di dalam pikiran sang Prabu Siliwagi.

Mulanya, Mpu Windu Supo gusar soal bentuk senjata yang mesti dibuatnya.

Maka sebelum melakukan pekerjaan, Mpu Windu Supo melakukan meditasi, meneropong alam pikiran sang prabu.

Akhirnya tergambarlah sebuah bayangan tetang purwa rupa model senjata seperti yang ada dalam pikiran Kudo Lalean.

Setelah melalui proses meditasinya usai, Mpu Windu Supo memulai pekerjaannya.

Melalui proses sentuhan-sentuhan magis pembuatan kujang itu dia memasukkan nilai-nilai filosofi yang kaya akan spiritual, maka jadilah sebuah senjata Kujang yang memiliki kekuatan tinggi.

Baca Juga: Di Tempat Inilah Prabu Siliwangi (Raja Pajajaran) Melepas Lelah Saat Berada di Kuningan  

Inilah sebuah Kujang Prabu Siliwangi yang bentuknya unik, dan menjadi sebuah objek bertenaga astral. Senjata ini memiliki 2 buah karakteristik yang mencolok.

Bentuknya menyerupai Pulau Jawa dan terdapat 3 lubang di suatu tempat pada bilah mata pisaunya.

Inilah awal cerita sebuah senjata Kujang Prabu Siliwangi yang siap akan diwariskan pada generasi mendatang orang Sunda yang selalu berasosiasi dengan Kerajaan Padjadjaran Makukuhan.

Bentuk Pulau Jawa yang terwujud di Kujang Parabu Siliwangi itu sendiri merupakan filosofi dari cita-cita sang Prabu, untuk menyatukan kerajaan-kerajaan kecil tanah Jawa menjadi satu kerajaan yang dikepalai Raja Padjadjaran Makukuhan waktu itu.

Gambaran dari tiga lubang yang ada pada Kujang itu melambangkan Trimurti, atau tiga aspek Ketuhanan dari agama Hindu, yang juga ditaati oleh Kudo Lalea.

Makna Trinitas Hindu (Trimurti) menggambarkan 3 kerajaan utama pada masa itu. Kerajaan-kerajaan itu antara lain Pengging Wiraradya, yang berlokasi di bagian Timur Jawa; Kerajaan Kambang Putih, yang berlokasi di bagian Utara Jawa, dan Kerajaan Padjadjaran Makukuhan, berlokasi di Jawa Barat.

Seiring waktu bentuk desain Kujang Parabu Siliwangi telah berkembang lebih jauh transformasi bentuk pada generasi berikutnya.

Baca Juga: Kian Santang, Anak Prabu Siliwangi  yang Sakti Mandraguna, Kesandung Batu di Tanah Arab

Muncullah model kujang baru dengan bentuk yang berbeda akibat dari pengaruh Islam yang muncul di masyarakat,

Akhirnya filosofi Kujang yang bernuansa Hindu dan agama dari kultur yang lampau, direka ulang desainnya sesuai dengan filosofi ajaran Islam Kujang tersebut sudah mengalami reka bentuk menyerupai huruf Arab “Syin”.

Hal ini merupakan suatu upaya dari wilayah Pasundan, yakni Prabu Kian Santang (Dikenal juga dengan Nama Prabu Borosngora ,dan Bunisora Suradipati dari kerajaan panjalu), yang berkeinginan meng-Islamkan rakyat Pasundan.

Simbol dari Syin itu sendiri adalah huruf pertama dalam sajak (kalimat) syahadat dimana setiap manusia bersaksi akan Tuhan yang Esa dan Nabi Muhammad sebagai utusan-Nya.

Dengan mengucap kalimat syahadat dan niat di dalam hati inilah, maka setiap manusia secara otomatis masuk Islam.

Manifestasi nilai Islam yang ada dalam senjata Kujang adalah memperluas area mata pisau yang menyesuaikan diri dengan bentuk dari huruf Syin.

Baca Juga: POTENSI GEMPA MEGATRUST Capai M 8,7 di Selat Sunda, BMKG Minta Siap Siap

Hingga Kujang model terbaru dapat mengingatkan si pemiliknya dengan kesetiannya kepada Islam dan ajarannya.

Perubahan bentuk desain tiga lobang Trimurti telah berganti menjadi Lima lubang pada Kujang baru tersebut. Kelima lubang ini melambangkan 5 tiang dalam Islam (rukun Islam).

Sejak itu model Kujang berubah menggambarkan paduan dua gaya yang didesain Prabu Kudo Lalean dan Prabu Kian Santang.

Meskipun begitu wibawa Kujang tersebut tetap citranya sebagai senjata pusaka yang penuh “kekuatan” dan bisa memberi kekuatan tertentu bagi pemiliknya melekat.

Selanjutnya perjalanan perkembangan senjata Kujang ini tak hanya dibawa dan digunakan para raja dan kaum bangsawan saja.

Masyarakat awam pun kerap menggunakan Kujang yang sama seperti para Raja dan bangsawan.

Baca Juga: Gelar Konferensi Pers, Akhirnya Arteria Dahlan Meminta Maaf kepada Masyarakat Sunda

Selanjutnya pula di dalam masyarakat Sunda, fungsi Kujang selain untuk kewibawaan kerap juga dipakai sebagai pajang untuk mendekorasi rumah.

Konon ada semacam keyakinan yang berkait dengan keberuntungan, perlindungan, kehormatan, kewibawaan dan lainnya pada yang punya dan rumahnya.

Namun, ada beberapa takhayul yang dianggap sebagai pantangan yang tak boleh dilakukan. Yakni memajang Kujang secara berpasangan di dinding dengan mata pisau yang tajam sebelah dalam saling berhadapan.

Hal ini dapat menjadi tabu atau larangan selain itu tidak boleh seorangpun mengambil fotonya dalam posisi berdiri di antara 2 Kujang tersebut.

Kabarnya akan menyebabkan kematian terhadap orang tersebut dalam waktu kurang lebih 1 tahun.***

Editor: Samuel Lantu

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler