TASIKMALAYA: Pamijahan, Goa Safarwadi, Makam Syekh Abdul Muhyi Favorit Peziarah di Bulan Rajab: ADA AIR ZAMZAM

12 Desember 2021, 14:40 WIB
Masjid Agung Pamijahan sebagai tempat beribadah dan pusat pendidikan Islam. Makam Syekh Abdul Muhyi dan Goa Safarwadi selalu ramai dikunjungi peziarah di Bulan Rajab. /Pikiran Rakyat.com/

DESKJABAR - Di kalangan para peziarah di tanah air, khususnya di Pulau Jawa, nama Pamijahan pasti sudah tidak asing lagi.

Ya, Pamijahan yang terletak di Kabupaten Tasikmalaya bagian selatan Jawa Barat ini kerap dikunjungi rombongan para peziarah dari berbagai daerah. Khususnya di bulan Rajab seperti sekarang ini.

Ada apa sebenarnya di Pamijahan sehingga orang jauh-jauh sengaja datang ke sana? Berikut sekilas kisahnya.

Pamijahan merupakan objek wisata religius yang terletak di desa Pamijahan Kecamatan Bantarkalong Kabupaten Tasikmalaya. Luas areal yang menjadi objek wisata kurang lebih 25 hektar.

Baca Juga: PELAKU KASUS SUBANG TAK BERKUTIK dengan Alat Bukti Ini, Tapi Penyidik Takut Tetapkan Tersangka: KENAPA?

Pada umumnya wisatawan yang berkunjung ke lokasi ini mempunyai minat khusus yaitu berziarah, sehingga objek wisata ini sangat kental dengan acara-acara ritual keagamaan yakni Islam.

Jarak tempuh dari Pusat Kota Tasikmalaya sekitar 65 Km ke arah selatan atau sekitar 2 jam dengan kondisi jalan yang normal.

Di Pamijahan terdapat Makam Waliyulloh Syekh Abdul Muchyi yakni salah seorang ulama yang menyebarkan agama Islam di wilayah Jawa Barat.

Disamping itu terdapat pula Makam Sembah Khotib Muwahid, Sembah Kudrot, Sembah Dalem Yudanegara, dan Sembah Dalem Sacaparana.

Bulan Rajab seperti sekarang ini, sering dimanfaatkan oleh para peziarah untuk berkunjung ke Pamijahan.

Peziarah mengunjungi makam Syekh Abdul Muhyi untuk sholat dan berdoa, kemudian melanjutkan perjalanan ke Goa Safarwadi yang tak jauh dari lokasi makam.

Di goa itu terdapat petilasan Syekh Haji Abdul Muhyi, seperti pertapaan, masjid, batu peci haji, dan tempat yang dulunya dipercaya sebagai pesantren.

Terdapat pula stalaktit (hasil sedimentasi yang mengantung di langit-langit goa) dan stalagmit (sedimentasi yang terbentuk di dasar goa) yang menambah pesona goa tersebut.

Baca Juga: ADA SAKSI KASUS SUBANG SUDAH DIARAHKAN, Tersangka Ditangkap Bisa Seret Banyak Orang: PENYIDIK TAKUT?

Nama Safarwadi sendiri berasal dari bahasa Arab, yaitu “safar” (jalan) dan “wadi” (lembah/jurang). Jadi, Safarwadi adalah jalan yang berada di atas jurang, sesuai dengan letaknya di antara dua bukit di pinggir kali.

Goa Safarwadi menjadi salah satu tujuan utama peziarah yang berkunjung ke Pamijahan. Panjang lorong goa sekitar 284 meter dan lebar 24,5 meter. Peziarah bisa menyusuri goa dalam waktu dua jam.

Salah satu bagian goa yang paling sering dikunjungi adalah hamparan cadas berukuran sekitar 12 meter x 8 meter yang disebut sebagai Lapangan Baitullah. Tempat itu dulu sering dipakai shalat Abdul Muhyi bersama para santrinya.

Di sana juga ada sumber air Cikahuripan yang keluar dari sela-sela dinding batu cadas. Mata air ini terus mengalir sepanjang tahun. Warga sekitar menyebutnya air “zamzam” Pamijahan.

Air itu dipercaya sangat berkhasiat. Tak heran jika para peziarah yang berkunjung ke Pamijahan tak lupa membawa botol air kemasan atau jeriken untuk menampung air “zamzam” itu.

Syekh Haji Abdul Muhyi

Syekh Abdul Muhyi adalah tokoh sentral di sejarah Pamijahan. Ulama ini lahir di Mataram tahun 1650 dan menghabiskan masa mudanya di Gresik dan Ampel, Jawa Timur.

Syekh Abdul Muhyi pernah menuntut ilmu di Pesantren Kuala Aceh selama delapan tahun. Ia kemudian memperdalam Islam di Baghdad pada usia 27 tahun dan menunaikan ibadah haji.

Setelah berhaji, Syekh Abdul Muhyi kembali ke Jawa untuk membantu misi Sunan Gunung Jati menyebarkan agama Islam di Jawa Barat. Awalnya Syekh Abdul Muhyi menyebarkan Islam di Darma, Kuningan, dan menetap di sana selama tujuh tahun.

Baca Juga: PENTING untuk Peziarah, SYEKH ABDUL MUHYI PAMIJAHAN Tasikmalaya Ternyata Pernah 'Masantren' di Tempat Ini

Selanjutnya, ia mengembara hingga ke Pameungpeuk, Garut selatan, selama setahun. Syekh Abdul Muhyi melanjutkan pengembaraannya hingga ke daerah Batuwangi dan Lebaksiuh di Kabupaten Tasikmalaya.

Setelah empat tahun menetap di Lebaksiuh, ia bermukim di dalam goa (sekarang dikenal sebagai Goa Safarwadi) untuk mendalami ilmu agama dan mendidik para santrinya. Bersama para santrinya, Syekh Abdul Muhyi menyebarkan Islam di Kampung Bojong, sekitar 6 km dari goa.

Sekarang tempat itu lebih dikenal sebagai Kampung Bengkok. Sekitar 2 kilometer dari Bojong, ia mendirikan perkampungan baru yang disebut Kampung Safarwadi. Kampung itu kemudian berganti nama menjadi Pamijahan, yang artinya tempat ikan bertelur (memijah).

Di Lebaksiuh Syekh Abdul Muhyi menetap dan mensyiarkan Islam, sambil terus berupaya mencari keberadaan goa yang dimaksud Syekh Abdurrauf.

Akhirnya Sykeh Abdul Muhyi menemukan goa yang dimaksud gurunya pada usia 40 tahun. Goa itulah yang dinamakan Goa Pamijahan. Setelah menemukan gua tersebut, Syekh Abdul Muhyi dan keluarganya pindah dan mulai menyebarkan ajaran tarekat Syattariyah.

Murid-murid Syekh Abdul Muhyi diantaranya yakni Sembah Khotib Muwahid, Eyang Abdul Qohar, Sembah Dalem Sacaparna yang juga mertuanya dan Sembah Dalem Yudanagara.

Di Kampung Pamijahan itu, ia mendirikan rumah tinggal dan masjid -sekarang menjadi kompleks Masjid Agung Pamijahan-sebagai tempat beribadah dan pusat pendidikan Islam.

Tahun 1730 Syekh Haji Abdul Muhyi meninggal dunia karena sakit. Ia dimakamkan di dekat Goa Safarwadi. Karena dipandang sebagai wali, makam dan goa itu dikeramatkan dan banyak dikunjungi peziarah dari berbagai penjuru Tanah Air.***

Editor: Zair Mahesa

Sumber: Berbagai sumber

Tags

Terkini

Terpopuler