DESKJABAR - Musibah yang merenggut ratusan korban jiwa kembali terjadi.
Setelah beberapa hari yang lalu di Itaewon yang merenggut 153 korban tewas.
Kali ini dilaporkan sedikitnya 134 orang tewas dalam kecelakaan runtuhnya jembatan gantung di India, Minggu, 30 Oktober 2022, dilansir dari reuters.com.
Insiden maut itu terjadi di negara bagian Gujarat, India Barat.
Jembatan gantung tersebut runtuh diduga karena over kapasitas, sehingga tidak bisa menahan beban berlebih.
Dari video yang beredar di beberapa media sosial, terlihat ratusan orang bersama-sama menyebrangi jembatan yang dibangun pada abad ke-19 di era kolonial itu.
Nampak ratusan orang berdesak-desakan melewati jembatan gantung dan tak lama kemudian runtuh, sehingga orang-orang tersebut jatuh tercebur ke Sungai Machchu yang ada di bawahnya.
Diduga lebih dari 400 orang berada di atas jembatan, ketika jembatan tersebut ambruk.
Pejabat setempat mengatakan jika musibah tersebut adalah musibah paling mengerikan di India dalam 10 tahun terakhir.
Baca Juga: Doa Islam untuk Anak Baru Lahir: Berlindung dari Gangguan Setan, Bumil Wajib Tahu!
Diketahui, jembatan yang berusia seabad itu ditutup untuk direnovasi selama kurang lebih enam bulan dan baru dibuka kembali sekitar empat hari sebelum insiden maut itu terjadi.
Jembatan yang berada di pusat kota Morbi itu penuh sesak, karena orang-orang berdatangan untuk menikmati perayaan Diwali atau festival cahaya, dan liburan Chhath Puja, sehingga menarik datangnya ratusan orang dan menyerbu jembatan sepanjang 230 meter itu.
Ratusan korban berjatuhan dan tenggelam sekitar 33 kaki (10 meter) ke sungai yang ada di bawahnya.
Seorang saksi bernama Sukram mengatakan, banyak anak-anak yang menikmati liburan Diwali dan mereka datang ke Morbi sebagai turis.
"Semuanya berjatuhan, jembatan itu jatuh karena kelebihan muatan," ujar Sukram.
Perdana Menteri India, Narendra Modi yang sedang berada di Gujarat untuk kunjungan selama tiga hari mengatakan, bahwa dirinya telah menginstruksikan Kepala Menteri Negara Bagian untuk segera memobilisasi tim untuk operasi penyelamatan.
Sebanyak 50 personel Angkatan Laut dan 30 Angkatan Udara telah dipanggil untuk membantu Tim Penanggulangan Bencana Nasional dalam melacak orang hilang.
Tak hanya memakan ratusan korban jiwa tewas, musibah itu pun membuat puluhan orang terluka dan saat ini berada di rumah sakit dalam kondisi kritis.***