Tak aneh jika setiap harinya banyak yang mencari Kwecang di setiap penjual yang ada di kabupaten Kuningan.
Selain rasanya yang gurih, Kwecang juga bisa tahan hingga dua hari karena dimasak secara alami.
Salah satu penjual oleh-oleh khas Kuningan, Kwecang adalah Ibu Eti (63) yang sudah puluhan tahun berjualan di pasar Barat, depan Masjid Agung Kuningan.
Warga Kemukten Kecamatan Cigugur kabupaten Kuningan ini mengaku setiap harinya mengambil dua puluh "gendel" Kwecang atau dua puluh ikat yang masing-masing gendel isinya lima puluh buah kwecang dari para pembuat Kwecang yang ada di daerah Winduhaji kabupaten Kuningan.
Jika hari ramai, Eti bisa menjual habis semua Kwecang di kiosnya yang berada paling depan di Pasar Barat Kuningan.
Namun jika hari sepi dan Kwecangnya tidak laku semua, Eti membagikan Kwecang yang tidak terjual kepada sesama pedagang yang ada di sekitar tempat dia berjualan dan ke Masjid atau tajug-tajug yang ada dikawasan rumahnya di Kelurahan Cigadung Kuningan.
Saat ditanya kenapa tidak membeli Kwecang dari produsen secara konsinyasi? Ibu yang ramah dan murah senyum ini menjawab "Hawatos" dalam bahasa Sunda yang artinya kasian kepada para produsen.
Ibu dua putra dan dua putri ini mengaku kerap mendapat rejeki dari berjualan Kwecang terlebih saat lebaran tiba. Dia bahkan tidak pernah takut kehilangan rejekinya jika Kwecang yang tidak habis dijual dia bagikan.
"Kasian kalau Kwecang yang tidak laku dikembalikan lagi, Kwecang yang masih enak dimakan ini saya bagikan ke masjid atau tajug dekat rumah. Kadang para pedagang yang dekat juga kebagian, ' paparnya.