Objek Wisata di Garut Tidak Hanya Cipanas, Ada Candi Peninggalan Hindu yang Sangat Unik

- 7 Januari 2023, 10:49 WIB
  Candi Cangkuang peninggalan zaman Hindu di Leles, Kabupaten Garut Jawa Barat.
Candi Cangkuang peninggalan zaman Hindu di Leles, Kabupaten Garut Jawa Barat. /Disparbud Jabar/

DESKJABAR – Di Kabupaten Garut, Jawa Barat (Jabar) ternyata ada candi yang merupakan peninggalan Hindu  kuno. Karena berada di Desa Cangkuang, candi ini dinamakan Candi Cangkuang.

Lokasi Candi Cangkuang tepatnya berada di Kampung Pulo di tengah situ (danau), Desa Cangkuang, Leles Kabupaten Garut. Candi ini unik karena berdampingan dengan makam kuno Embah Arief Muhammad, pemuka dan penyebar agama Islam di sana.

Kenapa di Kabupaten Garut yang mayoritas beragama Islam ada candi yang nota bene merupakan tempat beribadah agama Hindu? Bagaimana ceritanya?.

Baca Juga: Jadwal Semifinal Leg 1 Piala AFF 2022 Hari Ini, Malaysia vs Thailand Live di iNews Pukul 19.30 WIB

Dikutip dari berbagai sumber, adalah Drs. Uka Tjandrasasmita, peneliti pituin Sunda yang penasaran dengan buku yang berjudul Notulen Bataviaach Genotscahap yang diterbitkan pada tahun 1893.

Dalam buku itu disebutkan bahwa terdapat candi yang sudah mulai rusak serta makam kuno di sekitar Kampung Pulo, Leles. Atas dasar buku tersebut Uka Tjandrasasmita dan tim peneliti Prof Harsoyo mulai melakukan pencarian yang dimulai tanggal 9 Desember 1966.

Benar saja, di Kampung Pulo terdapat Candi yang sudah rusak dan tidak jauh dari situ terdapat makam, yang berdasarkan cerita turun temurun warga setempat merupakan makam Arief Muhammad leluhur dari penduduk sekitar.

Setelah itu kemudian ditemukan beberapa benda yang diperkirakan berasal dari zaman megalitikum, antara lain serpihan pisau dan beberapa batu-batu besar.

Baca Juga: RIDWAN KAMIL Pernah Dikritik NU Soal Dana APBD 1 Triliun, Kini Dikritik NETIZEN Dana Rp1 T Masjid Al Jabbar

Nama Cangkuang sendiri merupakan sebuah nama desa tempat ditemukanya Candi tersebut. Nama Cangkuang diambil dari sebuah nama pohon sejenis pandan (Pandanus fircatus), yaitu pohon cangkuang/mendong yang banyak tumbuh di daerah ini yang biasanya digunakan untuk membuat tikar.

Hasil penelitian Uka Tjandrasasmita menyebutkan, Candi Cangkuang diperkirakan dibangun pada abad ke-8 Masehi, hampir bersamaan dengan sejarah candi Sewu di Klaten dan Candi Jiwa.

Candi Cangkuang ini merupakan salah satu candi peninggalan agama Hindu Syiwa. Candi Cangkuang tidak memiliki relief di bagian dindingnya.

Menurut Uka, Candi ini juga diyakini sebagai penghubung sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia pada masa lalu. Dimana sebelumnya juga ditemukan beberapa candi Hindu yang memiliki arsitektur bangunan seperti Candi Cangkuang, yakni Candi Dieng di Wonosobo, dan Candi Gedong Songo di Bandungan Semarang.

Tahun 1967 hingga 1968 para peneliti menemukan sebuah fondasi dengan ukuran 4,5 meter persegi dan di sekitarnya terdapat beberapa bebatuan yang berserakan.

Baca Juga: Panen Raya Cabe di Kabupaten Subang, Fenomena Unik Usaha Pertanian Jawa Barat Awal Tahun 2023

Batu-batu yang berada di sekitar makam ini semula biasa digunakan penduduk sekitar sebagai batu nisan bagi orang yang telah meninggal.

Pada tahun 1974 hingga 1976 dilakukan penggalian, dan rekonstruksi secara menyeluruh. Karena penemuan awal candi ini masih tertimbun tanah, maka dilakukan penggalian besar-besaran untuk mengumpulkan reruntuhan yang kemudian diteliti.

Dari hasil penelitian tersebut, dilakukan penataan dan rekonstruksi kembali Candi Cangkuang sehingga menjadi candi yang utuh dan sempurna.

Karena ratusan tahun rata dengan tanah, proses rekonstruksi bebatuan asli dari bangunan ini hanya ditemukan sekitar 40 % dari keseluruhanya.

Sisanya dibuat konstruksi bahan penyusun yang menyerupai dari bahan awal candi ini, mulai dari kaki candi, atap candi, dinding candi dan sebuah patung Dewa Syiwa. Pemugaran candi ini selesai dan diresmikan pada tanggal 8 Desember 1976.

Sejak selesai dipugar pada 1978, Candi Cangkuang sekarang sudah bisa dinikmati wisatawan. Candi ini berdiri diatas fondasi yang memiliki ukuran sebesar 4.5 meter persegi dengan tinggi fondasi 30 sentimeter.

Kaki Candi yang memiliki tinggi 1.37 meter, dan memiliki luas 4,5 meter persegi. Di bagian timur Candi Cangkuang terdapat ruang penampil yang lebih menjorok dibandingkan bagain tubuh candi yang lain, dan juga terdapat tangga dengan lebar 1,26 meter dan panjang 1.5 meter.

Baca Juga: Di Majalengka, Ada Air Sungai Jernih Rasa Air Kelapa Muda di Hutan, Ramai Didatangi Orang

Rute ke Candi Cangkuang

Saat ini, untuk menuju lokasi Candi Cangkuang tidaklah sulit. Bisa ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum.

Kendaraan Pribadi:

Dari arah Jakarta atau Bandung langsung menuju arah Garut atau Tasikmalaya. Sampai di jalan cagak Nagrek, pilih jalur belok kanan menuju Garut.

Kemudian ikuti jalan raya hingga menemukan alun-alun Kecamatan Leles lalu belok kiri dan ikuti jalan desa. Hanya beberapa menit, tak lama akan sampai ke kawasan Candi Cangkuang.

Angkutan Umum:

Jika menggunakan angkutan umum, bisa naik bus menuju Garut turun di alun-laun Leles. Dari sini anda bisa naik andong (delman) atau ojek menuju Candi Cangkuang.

Selain Candi, objek wista yang bisa dinikimati di Cangkuang ini yaitu, rumah adat, makam kuno, musium dan situ atau danau yang lumayan indah.***

Editor: Zair Mahesa

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x