Demikian juga dalam adab saat mencetak Al Quran. Jika di percetakan lain memberlakukan mushaf seperti percetakan buku biasa, maka di Syaamil berbeda sama sekali.
Seluruh karyawan percetakan harus berada dalam kondisi berwudhu.
"Mereka juga menjaga pakaian, gunakan yang sepantasnya. Lalu, saat kita menempatkan hasil cetakan tidak boleh langsung menyentuh lantai. Tapi harus diberi ganjalan kayu," tutur Rachman.
Bahkan adab inipun tetap dijalankan dalam pengelolaan hasil cetakan Al Quran atau barang reject sekalipun.
"Kita daur ulang lagi, tapi tetap jgn sampai menyentuh lantai cecerannya," ujarnya.
Yang menarik lainnya adalah keberadaan akuarium berisi ikan yang ditempatkan di bagian pembuangan limbah.
"Kalau limbah itu mencemari air dan ikannya jadi mati, berarti ada yang salah dari proses kita memilih dan menggunakan bahan baku. Namun, sejauh ini alhamdulillah ikannya masih tetap hidup," ungkap Rachman.
Yuk kita wisata religi ke percetakan Syaamil agar kita sebagai umat Islam semakin memahami adab memperlakukan Al Quran sebagai kitab suci Umat Islam. ***