Rumah Tua di Jl. Raya Tanjungsari-Sumedang Ini Dihuni Sejak 70 Tahun lalu, Banyak Kenangan di Rumah Ini

- 27 Oktober 2022, 17:58 WIB
Rina dan Yose. Kakak beradik yang sudah lama menempati rumah tua peninggalan keluarga almarhum Natawidjaa Bin Anggawangsa
Rina dan Yose. Kakak beradik yang sudah lama menempati rumah tua peninggalan keluarga almarhum Natawidjaa Bin Anggawangsa /Dicky Harisman/ DeskJabar/

 

DESKJABAR - Jika dilihat sepintas dari luar, sekilas rumah tua ini sama dengan rumah tua lainnya. Namun setelah masuk melihat-lihat ke dalam rumah tua yang sudah berusia 71 tahun ini memiliki kelebihan tersendiri.

Rumah tua milik keluarga almarhum Natawidjaya Bin Anggawangsa yang kini dihuni cucu almarhum, Rina (71) dan Yose memiliki fisik bangunan yang masih utuh dan kokoh.

Kalaupun ada yang diperbaiki menurut Rina yang didamping adik perempuannya, Yose di Desa Gudang Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang, Kamis 27 Oktober 2022, hanyalah wuwung (bagian atap) yang sebagian ada yang sudah harus diganti.

Rumah dengan panjang 25 meter dan lebar 20 meter itu kini ditinggali oleh beberapa keluarga anak dan cucu almarhum.

Baca Juga: UPDATE, BPOM: Obat Sirup Termorex, Termasuk 13 Obat Bebas Cemaran EG dan DEG

Keseluruhan rumah ini dibangun selama satu tahun pada 1951, bangunan ini memiliki material dari kayu jati dan proses peletakan bata merah double tidak ditumpang seperti pengerjaan rumah saat ini.

Itulah kenapa rumah yang salah satu bagiannya dibuat semi panggung dengan dinding bilik yang mempercantik kehadiran rumah dengan dominasi cat berwarna hijau ini bertahan hingga puluhan tahun lamanya.

Berada di Jalan raya Tanjungsari - Sumedang dekat bangunan SMAN Tanjungsari, rumah ini sangat berbeda dengan rumah yang berada di kiri kanan nya.

Baca Juga: Cara Meraih Skor TOEFL ITP 600 Lebih, Ikuti 4 Tips Mudah Berikut Ini

Ventilasi udara masih menggunakan ventilasi sederhana tanpa roster namun udara yang masuk ke dalam rumah terasa sejuk. Hal ini dimungkinkan karena rumah ini memilki ketinggian hampir lima meter, yang umum terdapat pada bangunan di tahun 1950 an.

Lantai rumah diberi alas tegel (ubin) dengan permukaan licin, sehingga dari tahun ke tahun kondisinya semakin mengkilap karena dipel sehingga enak dipandang mata.

Tak hanya enak dipandang mata, ubin dengan bahan semen dan pasir ini juga memberikan hawa sejuk bagi penghuni rumah.

Beberapa kursi, meja dan lemari jati dengan usia rata-rata di atas lima puluhan tahunan menghiasi rumah dengan balutan kaca patri di jendela dan pintu. Membuat kesan rumah tua yang pada masanya mengesankan rumah orang berada.

Baca Juga: 40 LinkTwibbon Hari Sumpah Pemuda 2022, Bagikan Karyamu ke Semua Media Sosial Lengkap dengan Caranya

Rina menjelaskan kakeknya dulu adalah seorang Kepala Sekolah di Sekolah Dasar yang ada di kawasan Tanjungsari kabupaten Sumedang.

“Kakek saya masih ada keturunan dari keluarga ningrat Sumedang, dulu pak Husein, adik dari Bapak Umar Wirahadikusumah sering main ke rumah ini, “ kenang Rina.

Dia juga mengisahkan suka duka menempati rumah ini sejak dia lahir dan besar bersama seluruh keluarganya.

Meski bekerja di IPTN Bandung sejak 1978, Rina tidak ingin keluar dari rumah keluarga besarnya ini.

Pada saat mulai bekerja dan keluar kerja di tahun 2003 Rina lebih memilih pergi ke tempat kerja dengan kendaraan umum secara abudemen.

Masih segar dalam ingatan pada tahun 1970an, di depan rumahnya wara-wiri kendaraan sejenis oplet, delman dan bis.

“Pada tahun tersebut masih suka lewat mobil opelet dan Bis DS serta bis MS. Kalau bis MS (Medal Sekarwangi) masih ada sampai sekarang,” lanjut Rina.

“Rumah ini penuh kenangan, kami tidak ingin menjual rumah dan tanah peninggalan ini. Kami ingin tinggal di sini sampai tua bersama keluarga tercinta,” lanjut Rina. ***

 

Editor: Samuel Lantu

Sumber: Wawancara liputan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x