"Anak-anak sekarang sudah malas, mending beli online, padahal contoh yang paling sepele dari makanan tradisional itu sayur lodeh." katanya lagi.
Lima warna pada sayur dalam sayur lodeh, lanjutnya, mempengaruhi zat aktif pada pangan tersebut.
Ia mengungkapkan, Indonesia hingga kini masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius pada kualitas sumber daya manusia, yakni stunting.
Kendati angka prevalensi stunting di Indonesia telah menurun dari 26,92 persen menjadi 24,4 persen, angka tersebut masih cukup tinggi jika dibandingkan standar WHO yang tidak lebih dari 20 persen.
Oleh karena itu ia menyarankan kampanye masalah pangan tradisional tersebut harus didorong terus terutama di kalangan anak muda, agar mereka terbiasa menyantapnya.
Kebiasaan menyantam makanan kaya gizi diharapkan dapat menurun pada keluarganya kelak. Dengan demikian kasus stunting pun bisa menurun, sekitar 14 persen pada tahun 2024.
"Saya lebih keras ke kaum muda karena kaum muda memiliki kesadaran yang lebih pada konsumsi pangan yang beragam terutama pemanfaatan bahan lokal yang tidak kalah gizinya seperti tempe. Itu kaya protein yang bisa mencegah stunting dini," ujar Hindah.***