Pasien Pertama Monkeypox Ada di Jakarta, Masyarakat Diimbau Lakukan Upaya Ini untuk Mencegah Terkena

- 21 Agustus 2022, 14:36 WIB
Monkeypox sudah sampai di Jakarta, masyarakat diimbau melakukan upaya ini.
Monkeypox sudah sampai di Jakarta, masyarakat diimbau melakukan upaya ini. /Pixabay / Geralt/

DESKJABAR - Pasien penderita Monkeypox pertama sudah ada di Jakarta Indonesia. Karena penyakit ini menular, masyarakat diimbau melakukan upaya untuk mencegahnya.

Kendati menular Monkeypox atau cacar monyet bukan penyakit berat seperti halnya Covid-19.

Namun tetap saja masyarakat mesti waspada dan mencegah agar tidak terkena Monkeypox, karena penularanya sangat mudah.

Gejala Monkeypox mirip antara lain adalah:

- Demam

- Terjadi pembengkakan di kelenjar limfe

- Terlihat ada ruam di bagian tubuh, misalnya telapak tangan dan kaki, juga terkadang ada di bagian genital.

Baca Juga: WASPADA! Ditemukan Pasien Pertama Monkeypox di Jakarta Indonesia, Kenali Gejala Cacar Monyet

Juru Bicara Kemenkes, Dr. Mohammad Syahril mengatakan dalam konferensi pers virtual pasien pertama terkonfirmasi Monkeypox itu seorang laki-laki berusia 27 tahun.

Pasien ini warga DKI Jakarta memang dikabarkan baru pulang dari luar negeri.

Namun gejala yang dialami pasien tersebut termasuk ringan dan ia hanya perlu beristirahat di rumah.

Kasus Monkeypox ini dilaporkan untuk pertama kali oleh badan kesehatan dunia WHO pada 6 Mei 2022. Lalu pada 23 Juli WHO menetapkan kedaruratan kesehatan global di 86 negara yang sudah melaporkan 39.708 penderita dengan 400 kematian.

Sejak itulah Indonesia melakukan kewaspadaan termasuk di seluruh pintu masuk ke negara RI.

Baca Juga: Anak Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi Dibully di Sekolahnya, KPAI akan Melindungi dan Mendampingi Mereka

Belakangan terdapat 23 kasus suspek namun ternyata setelah dilakukan PCR 22 terbukti negatif Monkeypox.

Masyarakat diimbau lakukan ini

Pemerintah terus melakukan upaya kewaspadaan, juga sosialisasi dan edukasi kepada seluruh masyarakat.

Ditekankan masyarakat hendaknya selalu meningkatkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).

Juga selalu menjalankan protokol kesehatan.

"Protokol kesehatan ini tidak hanya untuk Covid-19, tapi untuk semua penyakit menular. Untuk mencegah penularan," kata Syahril saat konferensi pers virtual, Sabtu 20 Agustus 2022.

Baca Juga: Kode Redeem FF 21 Agustus 2022, Backpack Universe Shatter dan 10 Incubator Voucher, Bonus Event Terbaru

Harap diingat, terutama masyarakat tidak melakukan kontak langsung kepada penderita, seperti bersalaman, berpelukan, tidur bersama dsb.

Juga hendaknya tidak melakukan kontak terhadap benda sekitar pasien seperti selimut, handuk, dll.

Sampai saat ini belum ada rekomedasi melakukan vaksinasi massal dari WHO. Kini baru tiga negara yag melaksanakan vaksinasi tersebut.

Namun, katanya, pemerintah sedang melakukan proses pengadaannya dan menunggu rekomendasi dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan).

Baca Juga: Preman Pensiun 6 Tayang Sore Ini Pukul 18.30 di RCTI: Kang Mus Pilih Terminal atau Kicimpring?

"Kami sudah menyiapkan 10.000 (dosis) untuk yang sedang menderita cacar dalam masa inkubasi dan yang kontak erat," katanya lagi.

Pemeriksaan Monkeypox adalah dengan PCR usapan atau swab di lesi cacar.

Kini masih dilakukan oleh laboratorium rujuan depkes dan di IPB. Nanti akan ditambah 10 laboratorium PCR.

"Ada rumah sakit yang sudah bisa melakukan PCR dan sudah disiapkan 1.500 reagen, tanpa harus dikirim ke Jakarta," ungkapnya.

Reagen adalah suatu zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk mendeteksi, mengukur, memeriksa, dan menghasilkan zat lain (poltekesjogja.ac.id).

Pengobatan

Untuk pengobatan Monkeypox sebetulnya tidak spesifik. Karena penyakit ini bisa sembuh dengan sendirinya.

"Pengobatan tak terlalu berat sakitnya, malah kalau dibanding Covid jauh sekali," ujarnya.

Jadi ia mengimbau masyarakat tetap tenang, karena penyakit ini sebetulnya bisa sembuh sendiri (self limiting disease.

Inkubasi Monkeypox antara 21 - 28 hari dan sembuh sendiri, dengan catatan tidak ada infeksi tambahan atau superinfeksi, serta penderita tidak punya komorbid (penyakit penyerta) berat.

Di dunia pun angka kematian hanya sekitar 1 persen.

Namun, tentu tetap waspada dan tenang harus tetap menjadi upaya masyarakat. Dan tentu saja PHBS dan menjalankan protokol kesehatan.***

Editor: Sanny Abraham

Sumber: konpres virtual


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x