Nur mengambil kedua benda itu dan tak lama terdengar suara gamelan. Widya yang tengah tertidur bangun dengan tatapan kosong berbicara pada Nur dengan bahasa Jawa. Ia berbicara mengenai nyawa dan tumbal. Hingga bilang ke Nur kalau ia akan selamat.
Tak ingin ikut campur, Nur memasukkan kembali barang itu ke tasnya Ayu. Ia bergegas tidur, sejujurnya ia sangat khawatir terhadap Ayu.
Esoknya, Bima bercerita dan mengaku pada Nur jika ia khilaf melakukan hal tak senonoh dengan Ayu. Bima juga mengaku ia memberi pelet untuk Widya dengan mahkota putih yang diberi dari sesosok yang bernama Dawuh.
Katanya jika mahkota putih itu diberikan kepada WIdya, maka Widya akan jatuh cinta sama Bima. Tapi mahkota putih itu disimpan oleh Ayu, karena Ayu menyimpan rasa pada Bima.
Malam harinya, Widya pulang ke penginapan dan tidak mendapati seorangpun berada. Bahkan, lampu luar juga tidak menyala. Widya mencoba memasuki penginapan, dan mendapati Nur yang terduduk dengan tatapan kosong ke arahnya.
Tak lama, Nur berbicara pada Widya dengan suara wanita tua. "Cah ayu, betah yah tinggal disini? gimana? sudah kenal dengan penghuni disini?"
Widya hanya menangis ketakutan, Nur berbicara lagi "Lho-lho, Cah ayu gaboleh menangis. Anak ganteng itu saja sudah kenal dengan Bandawaruhi"
Widya mencoba menyadarkan Nur, tapi Nur malah tertawa sangat keras dan melengking. "Kamu pikir kamu tahu siapa aku? Cah ayu, salah satu dari temanmu tidak akan bisa kembali. Ingatkan anak itu yang sedang membawa petaka jika dibiarkan semuanya akan kena batunya di desanya," Setelahnya Nur berteriak keras sekali dan jatuh pingsan.