Anak Usia 2 Tahun Lebih Tidak Perlu Lagi Diberi Susu, Simak Penjelasan Dokter

- 29 Januari 2021, 15:32 WIB
Ilustrasi Susu.
Ilustrasi Susu. /PIXELS/


DESKJABAR
– Anak yang sudah berusia di atas dua tahun tak perlu lagi mendapatkan asupan susu, termasuk yang diklaim bagus untuk pertumbuhan.

"Sampai usia dua tahun memang diperlukan makanan cair. Kalau sudah mendapatkan ASI sampai dua tahun, kenapa ribut-ribut usia dua tahun ke atas perlu diberi susu formula?," tutur dokter sekaligus konsultan laktasi Utami Roesli, di sela Peluncuran Dokumen Bahaya Terselubung Makanan Ultra Proses via daring, Jumat, 29 Januari 2021.

Menurut Utami, susu formula mengandung gula tinggi sehingga ketimbang menambahkan susu formula, ibu bisa tetap memberikan ASI pada anak, apabila masih memungkinkan.

Baca Juga: Eiger Jadi Trending di Twitter, Manajemen Akhinya Minta Maaf : Simak disini Alasan Kasus ini Terjadi

Hasil temuan dari Hellen Keller Indonesia (HKI) setelah menganalisis 100 susu pertumbuhan yang beredar di Indonesia pada Januari 2017-Mei 2019, memperlihatkan sebanyak 98 persen susu pertumbuhan mengandung satu atau lebih gula tambahan atau pemanis.

Sukrosa, laktosa, turunan madu, fruktooligosakarida, galaktooligosakarida, dan sirup glukosa padat, merupakan enam jenis gula yang paling umum ditambahkan pada susu pertumbuhan dan ditambahkan pada hampir seperempat sampai tiga perempat dari produk tersebut.

Lebih dari tiga perempat atau 77 persen susu pertumbuhan mengandung sukrosa. Bahkan, kebanyakan susu pertumbuhan mengandung antara 1-10 gula tambahan untuk menambah rasa manis pada produk dan rata-rata mengandung 5 gula tambahan yang berbeda.

Baca Juga: Kabar Imlek, Hari Pertama Musim Mudik Liburan Sepi, Beijing Perketat Jalur Kedatangan

Susu pertumbuhan mengacu pada susu batita dan produk serupa lainnya yang ditujukan untuk anak usia 1-3 tahun, meliputi minuman (baik dalam bentuk cair maupun bubuk untuk dilarutkan) yang berbahan dasar susu sapi.

"Susu pertumbuhan beredar di Indonesia berdasarkan Model Nutrient Profiling dari Food Standars Agency (FFA) Inggris, termasuk kategori tidak sehat dengan kandungan gula tinggi," kata dr. Dian Nurcahyati Hadihardjono dari HKI.

Halaman:

Editor: Syamsul Bachri

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x