Menuju Puncak Abadi Para Dewa, Mahameru 3676 Mdpl (bagian 3). Menikmati Semburan Material Pasir di Puncak

1 Oktober 2022, 20:29 WIB
Trek pasir menuju puncak Semeru yang membuat banyak pendaki frustasi sekaligus ketagihan dengan trek ini /Dicky Harisman/DeskJabar

DESKJABAR -  Pendaki Semeru biasanya mendirikan camp di pinggiran Ranu Kumbolo yang panoramanya sangat keren.

Melanjutkan perjalanan ke puncak dari kawasan Ranu Kumbolo dilakukan setelah sarapan pagi dan perut telah terisi.

Nuansa pagi di Ranu Kumbolo tak akan terlupakan, sangat amazing. Matahari yang mulai menyeruak masuk ke jendela tenda, semburatkan rona kemilau yang indah. Sangat menakjubkan.

Baca Juga: Bantuan Subsidi Upah (BSU) Tahap III Segera Disalurkan, Pekerja Terkena PHK Berhak Dengan Syarat, Ini Caranya

Pendar cahaya mentari memantul nenar di atas permukaan danau. Bias cahayanya membuat atmosfir pagi yang sungguh tidak akan terlupakan bagi pasang mata yang menjadi saksi Kesempurnaan Allah SWT.

Perjalanan Summit Atack dari Ranu Kumbolo selanjutnya akan bertemu dengan kawasan Oro-Oro Ombo, sebuah Savana yang ditumbuhi Pohon Verbena dengan bunganya yang khas berwarna Ungu tua.

Padang savana Oro-oro ombo sangat luas, areanya sekitar 20 hektare, menghampar setelah turunan Bukit Cinta.

Baca Juga: Fakta Remon Preman Pensiun 6 Lebih Hebat dari Kang Murad, Pernah Mengalahkan Kang Darman

Bentuknya seperti permadani ungu raksasa yang dihamparkan begitu elok hingga pendaki sampai di pos peristirahatan Cemoro Kandang yang ditempuh selama 40 menit.

Pos Cemoro Kandang merupakan lahan teduh setelah menyelesaikan pendakian melewati Oro-oro Ombo. Perjalanan berikut menuju Jambangan dengan jarak yang hampir sama.

Dari pos Jambangan jalanan menuju Kalimati sudah mulai kembali bertemu dengan tanjakan-tanjakan meski tidak begitu terjal seperti sebelumnya.

Baca Juga: TERBARU CARA Cek Pajak Kendaraan Online, Hati Hati Bila Belum Bayar Pajak Bisa Kena Tilang, Ini Penjelasannya

Terkadang pepohonan raksasa yang tumbang kerap menyulitkan pendaki. Hanya dua pilihan, merangkak di bawahnya atau nekat meloncati pepohonan yang tumbang.

Jalur penghabisan ke tempat Summit Atack berada di jalur Jambangan menuju ke Pos Kalimati yang terkenal dingin dan sunyi.

Pos Kalimati adalah tempat camp pada hari kedua untuk menyimpan tenaga saat Summit Atack menuju Puncak Mahameru dini hari.

Baca Juga: SIMAK BAIK-BAIK, Ini Manfaat Merayakan Maulid Nabi, Kata Ustadz Abdul Somad Jangan Ragu Ragu

Cuaca di Kalimati sangat dingin, merebus air untuk ngopi atau minum Jahe panas adalah ide cemerlang di tempat ini.

Jalur selanjutnya dari Kalimati menuju Arcopodo seperti jalur penduduk untuk mencari kayu bakar, kadang mulus, kadang berliku, kadang landai kadang juga terjal. Campur aduk.

Namun semua itu tak menyurutkan nyali pendaki untuk terus bergerak menuju puncak Mahameru.

Baca Juga: Mantap! Rachmat Irianto tak mau Gadaikan Harga Diri di Laga El Clasico Indonesia Persib vs Persija BRI Liga 1

Dua jam perjalanan yang dibutuhkan dari pos Kalimati sampai ke pos Arcopodo hingga pendaki akan sampai di batas vegetasi hutan dan puncak.

Ada Jembatan yang terbuat dari kawat Sling berukuran besar di kawasan perbatasan hutan, jembatan ini dipasang dengan tujuan untuk keselamatan pendaki yang turun dari puncak yang bisa saja jatuh setelah menuruni turunan ‘Gila” nya Semeru.

Para Pendaki Semeru sepakat bahwa perjalanan “terbuas” itu adalah saat kaki mulai bertemu dengan tanjakan berpasir kerikil andesit (pasir nya sebagian terbawa oleh bekas langkah pendaki dari atas puncak saat turun) tercecer di trek pendakian menuju puncak dan menimbulkan kesulitan tersendiri saat melakukan Sprint ke puncak.

Baca Juga: El Clasico Indonesia BRI Liga 1 Persib vs Persija, Luis Milla Pastikan Anak Asuhnya Main All Out

Tanjakan yang dihadapi pendaki menuju puncak adalah tanjakan dengan kemiringan 90 derajat dengan jalurnya penuh dengan pasir. Satu meter mendaki, dua meter tubuh melorot, begitu dan begitu seterusnya.

Membuat pendaki keder campur putus asa. Hanya puncak lah yang mampu melenyapkan keputus asaan para pendaki.

Jalur pendakian ke puncak Mahameru saat ini sudah bergeser akibat letusan Mahameru beberapa puluhan tahun lalu.

Baca Juga: 8 Pemain Preman Pensiun 6 yang Jago Bela Diri di Kehidupan Nyata, Ternyata Menguasai Olahraga Tarung Derajat

Kini treknya  tidak sesadis di tahun 90an sebelum letusan dahsyat Tapi bukan berarti pendaki ceroboh tidak hati-hati.

Banyak kasus pendaki tertimpa kecelakaan karena tertimpa batu-batu yang berjatuhan oleh pendaki lain yang naik lebih dulu.

Kelelahan dan keletihan terbayar sesudah sampai di puncak tertinggi di Jawa Timur ini, pendaki akan disuguhi pemandangan dramatis.

Baca Juga: Lowongan Seleksi Guru 2022, Siapa saja Pelamar Prioritas, Simak Informasi Selengkapnya Berikut Ini

Tanah puncak yang kita pijak tiba-tiba bergetar seperti gempa, sejurus kemudian disusul dengan suara gemuruh letusan dari perut Semeru mengeluarkan semburan material berupa pasir dan batu andensit. 

Ketinggian letusannnya sekira 90 sampai 100 meter, para pendaki bersiap-siap berfoto selfie di belakang semburan pasir dan asap yang keluar dari Jongring Saloko. Sangat Fantastis dan Memorable.

Baca Juga: Resmi Ditahan, Pakai Baju Oranye, Ini Putri Chandrawathi atau Putri KW? Haha... Publik pada Nyinyir dan Ketawa

Di sisi selatan puncak Semeru ada satu kawasan yang mengeluarkan lahar panas dan asap beracun. Saat itu kami diminta turun sebelum jam sembilan pagi, karena kekhawatiran asap beracun Mofet yang jika terhisap menyebabkan kematian bagi pendaki

Semeru adalah sejarah masa lalu, treknya yang gahar, panorama alamnya yang elok sungguh memanjakan mata membuat pendaki rindu suasana ini dan ingin kembali lagi ke tempat ini. Ke tempat abadi para dewa. (Tamat). ***

Editor: Kodar Solihat

Sumber: liputan

Tags

Terkini

Terpopuler