DESKJABAR - Perjalanan Hari kedua. Jumat pagi kami memasak besar karena perjalanan jumat itu targetnya langsung puncak Arjuno.
Selesai mengisi perut dan repacking ransel, kami melanjutkan perjalanan dengan melalui tanjakan yang mulai menanjak dibandingkan perjalanan menuju Pos II.
Trek gahar mulai kami rasakan, tanjakan-tanjakan bengal mulai akrab dengan perjalanan kami.
Namun pesona hutan cemara, indahnya Candi Sepilar dan beberapa Candi lainnya yang kami jumpai menjadi hiburan tersendiri.
Di Pos IV, Candi Sepilar kami beristirahat agak lama, karena perjalanan yang akan kami jajal masih panjang.
Karena hari Jumat, terpaksa kami tidak bisa shalat Jumat di Masjid seperti biasanya. Saya menjadi Imam shalat Dzhuhur bagi teman-teman di Pos berikutnya.
Seperti halnya kontur gunung di Jawa Timur lainnya seperti Semeru, typografi pegunungan di Arjuno pun hampir sama. Cemara dan pohon-pohon khas pegunungan seperti Rasamala dan Damar.
Menjelang puncak sekira pukul 17.00 WIB sore kami bertemu dengan tanjakan penyesalan.
Baca Juga: Wisata Khusus Buat Para Petualang, Lembah Kijang yang Eksotis di Kaki Gunung Arjuno-Welirang Jatim
Tanjakan memabokan ini memiliki kemiringan 90 derajat dengan kiri jalan menggangga jurang yang sangat terjal dengan kedalaman ratusan meter.
Satu persatu teman-teman kami mampu melewati tanjakan penyesalan. Konon katanya disebut Penyesalan, karena saat mendaki di trek sulit itu pendaki akan merasa menyesal kenapa dia capek-capek mendaki. Hehe.
Selepas tanjakan penyesalan, kami masih dihadang tanjakan yang lebih bengal menjelang puncak Arjuno.
Layaknya pelari sprinter, kami benar-benar mengeluarkan tenaga ekstra untuk mencapai Puncak.
Belum lagi hari semakin gelap agak menyulitkan perjalanan karena kami kesulitan mengeluarkan Head Lamp atau lampu senter sebagai penerangan kami di jalur tanjakan menuju puncak.
Jam 18.30 WIB, Tim sampai di puncak Arjuno. Kami tidak punya pilihan, jika tadi di jalur sebelum puncak kami bermalam, tidak ada area untuk membuka tenda, namun jika kami bermalam di puncak Arjuno pun sebetulnya bukan keputusan terbaik.
Jarang ada pendaki bermalam di puncak, untungnya puncak Arjuno tidak Aktif, tapi gunung tetangganya gunung yang sangat aktif.
Kami akhirnya mendirikan tenda di puncak Arjuno, diantara area sempit berbatu dan tidak rata. Karena lokasinya yang tidak menguntungkan, tenda kami pun terpisah.
Seusai tenda berdiri, beberapa teman berteriak dari luar tenda, di kegelapan malam diantara jutaan gemintang yang mulai meronai langit gelap. Mereka melihat lampu-lampu di kota Tretes, Pandaan terlihat bagus dari atas puncak Arjuno, Amazing.
Warnanya kadang beriak disapu angin gunung yang berhembus.
Dingin mulai mengusik kehangatan kami, namun kami tak bergeming. Kami tetap menikmati pesona puncak Arjuno di malam hari. (BERSAMBUNG). ***