DESKJABAR - Virus baru disebut "virus Langya" telah ditemukan beberapa hari yang lalu di China.
Laporan terkini, keberadaan virus Langya tersebut diketahui dari sedikitnya 35 kasus yang ditemukan di negeri tersebut.
Virus Langya yang disebutkan berkerabat dengan virus “Nipah” dengan tingkat kematian mencapai 75% itu, kini, telah menarik perhatian besar dari dunia luar.
Baca Juga: Profil dan Biodata Robert Rene Alberts, Pelatih Persib Bandung yang Mengundurkan Diri
Menurut sejumlah sumber, informasi sial virus Langya tersebut, pertama kali muncul dalam sebuah artikel yang ditulis beberapa professor 4 Agustus 2022 dalam New England Journal of Medicine.
Para professor tersebut menunjukkan bahwa henipavirus yang diturunkan dari hewan yang dapat menginfeksi manusia ditemukan di provinsi Shandong dan Henan di China, dan menamakannya " Langya henipavirus" (LayV).
Adapun profesor tersebut adalah Profesor Liu Wei, Profesor Fang Liqun, Profesor Fang Liqun, dan Profesor Wang Linfa.
Mereka bekerja dengan berkolaborasi dengan Institut Epidemiologi Mikroba, Akademi Ilmu Kedokteran Militer, Akademi Ilmu Militer, Sekolah Kedokteran Duke-NUS.
Disebutkan dalam laporan tersebut, virus Lengya satu kerabat dengan virus Hendra dan virus Nipah, sertya termasuk dalam famili paramyxoviridae genus Henipavirus.
Virus-virus itu saat ini diketahui dapat menginfeksi manusia dan menyebabkan penyakit yang mematikan, serta diklasifikasikan sebagai virus biosafety level 4.
Baca Juga: Budiman Yunus Jadi Pelatih Sementara Persib Bandung Saat Bentrok dengan PSIS Semarang di GBLA
Henipavirus terkait lainnya juga telah ditemukan pada kelelawar, tikus dan tikus (qújīng).
Menurut penelitian, setidaknya ditemukan 35 kasus infeksi di Provinsi Shandong dan Henan, 26 di antaranya terinfeksi virus Langya, Anoreksia 50%, nyeri otot (46%), mual (38%), sakit kepala (35%) , muntah (35%), trombositopenia (35%), leukopenia (54%), gangguan fungsi hati (35%) %), gangguan fungsi ginjal (8%).
Du Chengzhe, seorang dokter dari Taiwan, menunjukkan dalam sebuah posting Facebook bahwa virus keluarga Paramyxoviridae ini berbeda dari virus yang populer saat ini.
Ia menyebutkan bahwa tikus mungkin merupakan sumber alami dari jenis virus ini, jauh melebihi 5% anjing dan 2% kambing, yang merupakan ancaman potensial.
Mengenai virus Langya, Zhuang Renxiang, juru bicara Pusat Komando Epidemi Pusat di Taiwan, mengatakan bahwa data pelacakan saat ini menunjukkan bahwa tidak ada riwayat kontak dekat atau kontak umum antar pasien.
Ia juga menyimpulkan, kasusnya tidak ada bukti dari manusia ke manusia dan transmisi di antara kontak dekat.
Baca Juga: Robert Alberts Pamit dengan Jiwa Kesatria, Saya Pergi dengan Bangga
Dalam laporan itu juga dijelaskan, bahwa "Virus Langya" adalah virus Nipah (Virus Nipah, juga dikenal sebagai virus Nipah) yang juga termasuk dalam Henipavirus. Menurut catatan medis masa lalu, tingkat kematian virus Nipah mencapai 75%.
Awal tahun lalu, Access to Medicine Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di Belanda, memperingatkan tentang virus Nipah, yang memiliki tingkat kematian.
Direktur eksekutif kelompok tersebut, Jayasree K Iyer, juga mengingatkan bahwa setelah wabah virus Nipah di China, akan menjadi pandemi infeksi virus yang resistan terhadap obat.
Baca Juga: Siapa Syahar Diantono Kadiv Propam Baru Pengganti Ferdy Sambo?: SUKSES TANGANI KASUS BESAR
Sayangnya pemerintahan China sepertinya menutup soal keberadaan virus tersebut, setidaknya hingga para profesor dan institute tadi berkolaborasi mengadakan penelitian dan menerbitkannya. ***