Jumlah Kasus Cacar Monyet Meningkat Menjadi Lebih dari 3.400 Secara Global kata WHO, Bagaimana Indonesia?

28 Juni 2022, 12:47 WIB
Jumlah kasus cacar monyet meningkat menjadi lebih dari 3.400 secara global. Tangkapan layar. /The Straits Times/

 

DESKJABAR – Cacar monyet menginfeksi sekitar 3.400 dan seorang dikonfirmasi meninggal dunia. Menurut catatan WHO, Senin 27 Juni 2022, para penderita umumnya berasal dari Eropa.

 

Namun demikian, WHO menetapkan cacar monyet itu belum termasuk isu global dunia, kendati Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus menyatakan sangat memprihatinkan  wabah tersebut.

Menurut WHO pula sekitar 1.310 kasu dilaporkan sejak 17 Juni dari 8 negara yang terinfeksi cacar monyet.

Dalam waktu dekat ini WHO akan mengumumkan hasil penelitiannya itu apakah termsuk darurat kesehatan global.

Baca Juga: Data Ilmiah Kasus Subang Sudah Maksimal dan Optimal, Tentukan Tersangka Tak Perlu Pengakuan Lagi

Para anggota ahli yang tergabung dalam WHO sempat melakukan pertemuan Kamis 23 Juni, dan memutuskan apakah wabah cacar monyek termasuk ke dalam keadaan darurat kesehatan global?

Hasil pertemuan itu paling cepat akan diumumkan Jumat mendatang.

Sinyalemen lonjakan kasus cacar monyet terdeteksi dari negara-negara Afrika Barat dan Tengah sejak Mei lalu, serta sebagian besar kasus baru terjadi di Eropa Barat.

Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengumumkan, pada 14 Juni ia mengadakan pertemuan darurat untuk menilai apakah wabah tersebut merupakan darurat kesehatan masyarakat (PHEIC/public health emergency of international concern), yang menjadi perhatian internasional.

Dr Tedros mengharapkan, semua negara perlu memperkuat kapasitas mereka, untuk mencegah penularan cacar monyet, mengadakan pengawasan, pelacakan kontak, dan mengisolasi pasien yang terinfeksi.

"Wabah di negara-negara yang baru terkena dampak terus bertambah, terutama di antara pria yang berhubungan seks dengan pria, dan yang telah melaporkan hubungan seks baru-baru ini dengan pasangan baru atau banyak," katanya, melalui tautan video dari KTT Persemakmuran di ibu kota Rwanda, Kigali.

Baca Juga: 25 Link Twibbon HUT Bhayangkara Ke-76 2022, Desain Elegan untuk Medsos + Cara Menggunakan

"Penularan dari orang ke orang sedang berlangsung dan kemungkinan diremehkan."

Dia mengatakan bahwa selain 3.400 lebih kasus yang dikonfirmasi, hampir 1.500 kasus dugaan cacar monyet, dan sekitar 70 kasus kematian telah dilaporkan di Afrika tengah tahun ini.

Komite darurat akan memberi rekomendasi PHEIC kepada Dr Tedros, dan penilaian risiko terhadap kesehatan manusia, risiko penyebaran internasional, dan risiko gangguan lalu lintas internasional.

Dr Tedros kemudian akan membuat keputusan akhir, tentang apakah PHEIC harus diumumkan, berdasarkan saran mereka.

Seperti dikutip dari straitstimes.com, keputusan yang tertunda telah menimbulkan kritik dari para ilmuwan terkemuka di Afrika, yang mengatakan bahwa cacar monyet telah menjadi krisis di wilayah mereka selama bertahun-tahun.

"Ketika suatu penyakit menyerang negara berkembang, itu bukan keadaan darurat. Itu hanya menjadi keadaan darurat ketika negara maju terkena dampaknya," kata Profesor Emmanuel Nakoune.

Profesor Emmanuel Nakoune adalah pejabat direktur Institut Pasteur di Bangui, Republik Afrika Tengah, yang menjalankan uji coba pengobatan cacar monyet.

Namun, Prof Nakoune mengatakan jika WHO menyatakan keadaan darurat, itu akan tetap menjadi langkah penting.

"Tidak ada tes yang mudah digunakan untuk mendeteksinya. Ini pada dasarnya dilakukan di tingkat klinis. Jadi masalah penting adalah memiliki tes yang dilakukan lebih awal dan yang memungkinkan untuk mendeteksi kasus, terutama di antara kontak kasus," katanya kepada AFP.

Gejala awal cacar monyet yang normal termasuk demam tinggi, pembengkakan kelenjar getah bening dan ruam seperti cacar air.

Sebagian besar ahli setuju bahwa cacar monyet secara teknis memenuhi kriteria definisi darurat WHO.

Baca Juga: KASUS SUBANG DIUMUMKAN pada Hari Bhayangkara 1 Juli 2022? Kompolnas Gerak Cepat Lakukan Gelar Perkara

Ini adalah peristiwa yang tiba-tiba dan tidak biasa menyebar secara internasional, dan membutuhkan kerja sama lintas negara.

Tetapi WHO berada dalam posisi genting setelah Covid-19, menurut Dr Clare Wenham, asisten profesor kesehatan global di London School of Economics.

Jika WHO menyatakan keadaan darurat dan negara-negara tidak bertindak, itu dapat merusak peran badan tersebut dalam mengendalikan penyakit global, katanya.

"Saya sangat prihatin dengan wabah cacar monyet, ini jelas merupakan ancaman kesehatan yang berkembang yang diikuti oleh rekan-rekan saya dan saya di Sekretariat WHO," kata Tedros.

Dikutip dari laman upk.kemkes.go.id, hingga saat ini belum ada laporan kasus cacar monyet di Indonesia.

Namun demikian, Kemenkes sudah mengantisipasinya, di antaranya memperbarui situasi dan frekuensi question (FAQ), membuat surat edaran, dan merevisi pedoman pencegahan dan pengendalian cacar monyet.***

Editor: Zair Mahesa

Sumber: The Strait Times

Tags

Terkini

Terpopuler