INILAH 5 Penyebab Penonton Film KKN di Desa Penari Mengalami Kesurupan Massal

16 Mei 2022, 07:45 WIB
Tangkapan layar 5 penyebab penonton film KKN di Desa Penari kesurupan masal /Twitter @SimpleM81378523//

 

 

DESKJABAR – KKN di Desa Penari masih menyisakan kepenasaranan bagi orang yang belum menonton filmnya.

Bahkan setelah nonton film KKN di Desa Penari di bioskop, sehabis nonton malah banyak yang kesurupan massal.

Fenomena kesurupan massal setelah nonton film KKN di Desa Penari menjadi kontroversi bagi sebagian orang, kenapa itu bisa terjadi.

Baca Juga: Mau Tahu LOKASI KKN di Desa Penari Asli Dimana? Hutan Diduga Sarang Badarawuhi, Link Google Earth

Kendati banyak orang yang terkena kesurupan setelah nonton film KKN di Desa Penari, masih banyak yang tidak takut dan penasaran ingin menontonnya.

Penyebab kesurupan setelah nonton film KKN di Desa Penari bisa disimak penuturan Ustadz Khalid Basalamah.

Seperti terungkap di kanal YouTube SAP Channel berjudul, "INILAH PENYEBAB KERASUKAN JIN DAN SIHIR | USTADZ KHALID BASALAMAH", tayang 7 Oktober 2020, biasanya kesurupan karena jauh dari ibadah.

Sebelum lebih dalam membahas penyebab kesurupan marilah kita kembali membahas dulu sedikit sinopsis film KKN di Desa Penari.

Baca Juga: KLAIM Kode Redeem FF 16 Mei 2022, Terbaru 1 Menit yang Lalu, GRATIS Katana, Elite Pass, Dll, Garema PERMANEN

Menurut pemilik akun twitter SimpleMan (@SimpleM81378523), saat menjelang pembekalan, Widya, Ayu, Bima dan Nur, matanya melihat ke sekeliling, dan merasa khawatir.

Karena dua orang yang seharusnya ikut pembekalan, belum juga terlihat batang hidungnya. Sampai menjelang siang, barulah dua orang itu muncul, dan mereka menyapa serta memperkenalkan dirinya di depan mereka. Wahyu dan Anton.

Setelah basa basi, dan bertanya seputar rencana KKN dari A sampai Z selesai, mereka akhirnya berangkat.

"Numpak opo dik kene??" (naik apa kita nanti?) kata Wahyu.

"Elf mas" jawab Nur.

Baca Juga: Jadwal SIM Keliling Wilayah Jakarta Senin, 16 Mei 2022 Lengkap dengan Persyaratan

"Sampe deso'ne numpak Elf dik?" (sampai desanya naik mobil Elf dik?).

"Mboten mas. berhenti di jalur Alas D engken enten sing jemput" (tidak mas, nanti berhenti di jalur hutan D, nanti ada yang jemput)," sahut Nur.

Mendengar itu, Widya bertanya ke Ayu. "Yu, Deso'ne ra isok di liwati Mobil ta?" (Yu, apa desanya gak bisa dimasuki mobil?"

Ayu hanya menggelengkan kepala. "Ra isok, tapi cedek kok tekan dalan gede, 45 menit palingan" (gak bisa, tapi dekat kok dari jalan besar, 45 menit kemungkinan).

Sesuai apa yang Nur katakan. Mobil berhenti di jalur masuk hutan D, menempuh perjalanan 4 sampai 5 jam dari kota S.

Tanpa terasa hari sudah mulai petang, di tambah area dekat dengan hutan, membuat pandangan mata terbatas, belum sampai di sana, gerimis mulai turun, lengkap sudah.

Baca Juga: KASUS Pembunuh Ibu dan Anak di SUBANG MENYESATKAN, Ibrahim Tompo Sebut Fakta Sebenarnya

Setelah menunggu hampir setengah jam, terlihat dari jauh, cahaya mendekat, Nur dan Ayu langsung mengatakan bahwa mereka yang akan mengantar.

Rupanya, yang mengantar adalah 6 lelaki paruh baya, dengan motor butut. "Cuk, sepedaan tah" kata Wahyu, spontan, saat itu ada yang aneh entah disengaja atau tidak, ucapan yang di anggap biasa di kota S, ditanggapi lain oleh lelaki-lelaki itu, wajahnya tampak tidak suka, dan sinis tajam melihat Wahyu.

Hanya saja, yang memperhatikan semua sedetail itu, hanya Widya seorang. Apapun itu, semoga bukan hal yang buruk.

Di tengah gerimis, jalanan berlumpur, pohon di samping kanan kiri, mereka tempuh dengan suara motor yang seperti sudah mau ngadat saja, ditambah medan tanah naik turun, membuat Widya berpikir kembali.

Sudah hampir satu jam lebih, tapi motor masih berjalan lebih jauh ke dalam hutan.

Khawatir bahwa yang dimaksud Ayu, setengah jam lewat 15 menit adalah setengah hari, Widya mulai berharap semua ini cepat selesai.

Di tengah perjalanan, tidak satupun dari pengendara motor itu yang mengajaknya bicara, aneh. Apa semua warga di sana pendiam semua.

Malam semakin gelap, dan hutan semakin sunyi sepi, namun kata orang, dimana sunyi dan sepi ditemui, di sana rahasia dijaga rapat-rapat.

Kini, rasa menyesal sempat terpikir di pikiran Widya, apakah ia siap, menghabiskan 6 minggu ke depan, di sebuah Desa, jauh di dalam hutan.

Ketika suara motor memecah suara rintik gerimis, dari jauh sayup-sayup terdengar sebuah suara.

Suara familiar, dengan tabuhan kendang dan gong, diikuti suara kenong, kompyang, membaur menjadi alunan suara gamelan.

Apa ada yang sedang mengadakan hajatan di dekat sini. Dan ketika sayup-sayup suara itu perlahan menghilang, terlihat gapura kayu, menyambut mereka.

Sampailah mereka di Desa W****, tempat mereka akan mengabdikan diri selama 6 minggu ke depan.

"Monggo" (permisi)," kata lelaki itu, sebelum meninggalkan Widya dengan motornya.

"Mrene rek" teriak Ayu, di sampingnya berdiri seorang pria, wajahnya tenang, dengan kumis tebal, mengenakan kemeja batik khas ketimuran, ia berdiri seolah sudah menunggu sedari tadi.

"Kenalno, niki pak Prabu. Kepala Desanya. Koncone mas'ku. pak Prabu, niki rencang kulo yang dari Kota S, mau melaksanakan kegiatan KKN di kampung panjenengan," (Kenalkan, ini pak Prabu, kepala Desa teman kakakku, pak Prabu, ini teman saya yang dari kota, yang rencananya mau KKN)."

Pak Prabu memperkenalkan diri, bercerita tentang sejarah desanya, di tengah ia bercerita, Widya pun bertanya kenapa desanya harus sepelosok ini, dengan tawa sumringah, pak Prabu menjawab.

"Pelosok yok nopo toh mbak, Jarak ke dalan gede cuma setengah jam kok," (pelosok bagaimana maksudnya mbak, bukannya jarak ke jalan besar hanya 30 menit).

Tatapan bingung Widya, disambut tatapan bertanya oleh semua temannya, seolah pertanyaanya kok membingungkan.

"Mbak'e paling pegel, wes, tak anter nang ndi sedoyo bakal tinggal," (mbaknya mungkin capek, jadi, mari, tak antar ke tempat dimana nanti kalian tinggal).

Di tengah kebingungan itu, Ayu menegur Widya. "Maksudmu opo to Wid, takon koyok ngunu? garai sungkan ae," (maksudnya bagaimana tah Wid, kok kamu tanya seperti itu, buat saya sungkan saja kamu), di situ, Widya menyadari, ada yang salah.

Sampai di sini dulu awal cerita KKN di Desa Penari dimulai. Kita kembali ke penjelasan Ustadz Khalid Basalamah, tentang fenome kejadian kesurupan.

Menurutnya, kenapa orang bisa kesurupan, itu misalnya, karena nggak pernah dzikir pagi sore, sholatnya bolong-bolong, dan segala macam nah ini.

"Kalau datang ke satu lokasi, setan seperti penjahat, lagi lewat setan mungkin mengganggu," kata Ustadz Khalid Basalamah.

Nah ini biasanya lebih mudah untuk keluarkan dari tubuh yang dirasuki, karena dengan dia ibadah maka setannya akan merasa kegerahan dan kemudian setan akan keluar dari tubuh orang itu.

"Pernah suatu ketika setan marah ketika waktu adzan, seseorang itu ke luar masuk kamar mandi, padahal waktunya sholat. Sehingga setan masuk ke dalam dirinya," kata Ustadz Khalid Basalamah.

5 alasan atau penyebab kesurupan

Lalu apa tujuannya setan masuk kedalam badan, kata Ustadz Khalid Basalamah, banyak alasannya.

1. Setan mudah menguasai. Dia bisa menguasai kita, sehingga dia sesat, itu yang menyesatkan kita, kata Ustadz Khalid Basalamah, karena tugas utama setan dari iblis menyesatkan kita.

Makanya kata Nabi SAW mengatakan, kalau kalian sedang menguap tahanlah, baiknya tahan dengan bibir atau kita tahan dengan tangan, karena kalau dibuka mulut, maka setan akan masuk ke dalam tubuhnya, dan menguasainya.

Jadi, yang pertama bisa saja karena kelalaian, maka dia masuk.

2. Karena dia iseng. Karena kelalaian atau karena setan marah.

3. Karena pada dasarnya, kitanya, kata Ustadz Khalid Basalamah, manggil-manggil setan.

4. Setan ditransfer oleh orang lain, seperti tenaga dalam, itu syaratnya kan mandi di malam hari.

5. Setan masuk ke dalam badan, karena dikirim oleh penyihir.

Itulah kemungkinan terjadinya kesurupan masal yang menyerang beberapa orang sehabis menonton film bioskop terbaru KKN di Desa Penari.

Wallahualam Bissawab (hanya Allah yang lebih mengetahui kebenaran yang sesungguhnya)***

 

Editor: Ferry Indra Permana

Tags

Terkini

Terpopuler