Baca Juga: Ciptakan Bertani Menjadi Kaya, Komoditas Porang Dikembangkan di Jawa Barat
Terbaik dunia
Kenaikan harga minyak atsiri tersebut, juga ikut menggerek harga komoditas bersangkutan dalam bentuk mentah. Apalagi, tampak produksi tanaman-tanaman perkebunan rakyat, seperti sereh wangi, kapolaga, nilam, jahe emprit, dll, dari pengamatan di lapangan tampak produksinya bagus.
“Sepanjang pandemi Covid-19 ini, Alhamdulillah malah membawa berkah bagi bisnis pengolahan minyak atsiri dan membuat harga komoditas mentahnya pun melonjak pesanan dan harganya. Kenaikannya antara 200 sampai 300 persen, rata-rata dibeli eksportir, kami baru dapat memenuhi beberapa ton saja padahal pesanan mencapai puluhan ton,” ujar Asep Nilam.
Kepala Bidang Produksi Perkebunan Dinas Perkebunan Jawa Barat, Yayan C Permana, serta Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Subang, Wawa Tursatwa, bahwa penjualan minyak atsiri tak terpengaruh pandemi Covid-19. Ekspornya terus berjalan bahkan melonjak, karena minyak atsiri semakin banyak keperluannya oleh industri dunia, misalnya farmasi, komestik, parfum, obat-obatan, bahan pangan, termasuk pengusir nyamuk.
Menurut Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, Hendi Jatnika, serta Yayan C Permana, produksi minyak atsiri di Jawa Barat masih relatif stabil produksinya. Sentra produksi minyak atsiri di Jawa Barat, mislanya di Subang, di Garut, dan Bogor.
“Produksi minyak atsiri yang dihasilkan di Jawa Barat sebenarnya masih 0,8 persen dari total jumlah pesanan yang diperoleh. Mengapa pesanan tertinggi ke Indonesia secara kualitas merupakan yang terbaik di dunia, walau ada saingan dari Brazil dan India,” ujar Yayan C Permana. ***