Network
DESKJABAR - Pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat (Bank BJB) di Jakarta, Selasa 2 April 2024, BUMD milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Banten ini sepakat untuk membagikan dividen sebesar Rp1 triliun atau Rp95,05 per lembar saham.
"RUPST telah memberikan kuasa dan kewenangan kepada Bank BJB dengan tetap memperhatikan peraturan perundang-undangan dan praktik tata kelola yang baik untuk mengatur tata cara pembayaran dividen tahun 2023," ujar Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi di Jakarta, Selasa 2 April 2024
Menurut Yuddy, Angka di atas setara dengan 58,27 persen dari laba bersih yang berhasil dibukukan oleh Bank BJB di Tahun Buku 2023 sebesar Rp1,71 triliun.
Kegiatan RUPST Bank BJB yang diselenggarakan secara hibrida pada itu dihadiri oleh seluruh Kepala Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota se-Jawa Barat dan Banten atau kuasanya serta para pemegang saham publik.
Baca Juga: Sri Mulyani dan Airlangga Nyatakan Siap Hadir di MK untuk Sidang Sengketa Pilpres 2024
Penjabat (Pj.) Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin saat memberikan sambutan pada acara RUPST mengapresiasi kinerja Bank BJB yang terus meningkat. Menurutnya, Bank BJB telah menjadi salah satu pilar utama dalam perkembangan ekonomi Jawa Barat selama bertahun-tahun.
“Saya mengapresiasi yang setinggi-tingginya kepada bank BJB atas prestasi yang telah diraih. Semoga kita semua terus bersama-sama dalam membangun Jawa Barat yang lebih maju dan sejahtera,” katanya.
Melalui berbagai produk dan layanan yang inovatif, lanjut Bey, Bank BJB terus berkontribusi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, khususnya di wilayah Jawa Barat.
"Saya mengajak, mari kita terus memperkuat kolaborasi antara Bank BJB, Pemerintah Daerah, dan stakeholder lainnya untuk menciptakan lingkungan bisnis yang kondusif dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Jawa Barat,” ujarnya.
Kinerja keuangan baik
Pada RUPST terungkap, Bank BJB mencatatkan kinerja keuangan yang terjaga baik sepanjang tahun 2023. Perseroan mencatatkan laba sebesar Rp2,14 Triliun dengan rasio kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) alias rasio kredit macet yang terjaga dengan baik pada level 1,35 persen.
