Sekretaris Gabungan Asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (Gapperindo) Jawa Barat, Agus Sutirman, yang dikonfirmasi DeskJabar, Selasa, 30 Mei 2023 menyebutkan, hampir semua komoditas perkebunan sangat membutuhkan pasokan pupuk. “Terutama yang produksinya sangat intensif, seperti kopi, teh, kakao, tembakau, cengkeh, tebu, karet, kelapa, dll,” ujar Agus Sutirman.
Baca Juga: Perkebunan Tembakau di Sumedang dan Jawa Barat Banyak Terkena TMV, Padahal Harga Sedang Bagus
Ada pun kriteria penerima pupuk bersubsidi mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian No. 10 Tahun 2022 tentang Tata Cara Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian.
Menurut peraturan tersebut, pupuk bersubsidi diperuntukan bagi petani yang melakukan usaha tani subsektor:
- Tanaman Pangan dengan komoditas padi, jagung, kedelai.
- Hortikultura dengan komoditas cabai, bawang merah, bawang putih, dan/atau
- Perkebunan dengan komoditas kopi, tebu rakyat, kakao.
Baca Juga: Panen Cengkeh 2023 Jawa Barat Diprediksi Minim dari Perkebunan Rakyat, Tapi Kebutuhan Meningkat
Alokasi per Provinsi ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pertanian. Selanjutnya Keputusan Menteri tersebut diunggah(upload) pada sistem e-Alokasi oleh petugas yang menangani pupuk bersubsidi di pusat sebagai dasar untuk menginput alokasi per provinsi.
Disebutkan, mekanisme penyaluran pupuk bersubsidi semacam ini yang belum banyak difahami dan diikuti oleh para petani perkebunan. Sebab, menurut beberapa informasi petani perkebunan hampir di sebagian besar daerah kebijakannya lebih diprioritaskan kepada komoditas pangan dan hortikultura, sehingga komoditas perkebunan sulit terfasilitasi.
Baca Juga: Harga Panen Kopi 2023 Jawa Barat Melambung, Akibat Produksi Anjlok di Perkebunan Rakyat
Sementara itu, Plt Kepala Bidang Produksi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, R Krisna Gunara, yang juga dikonfirmasi, membenarkan, bahwa memang para petani perkebunan rakyat di Jawa Barat sangat memerlukan pupuk bersubsidi untuk menekan biaya produksi.
Sebab, diketahui pupuk kimia berpengaruh secara signifikan terhadap produksi komoditas perkebunan. Misalnya di Jawa Barat diketahui usaha perkebunan rakyat yang menjadi kultur, yaitu teh, cengkeh, kelapa, dsb.