GARUT Kembangkan Beras Jepang Japonica, Apa Itu Beras Japonica, Apa Kelebihannya? Ini Penjelasannya

- 23 Februari 2023, 07:39 WIB
Wakil Bupati Garut Helmi Budiman memaparkan Pemkab Garut mencoba memulai mengembangkan  padi Japonica dengan pilott project di Desa Kersamenak.
Wakil Bupati Garut Helmi Budiman memaparkan Pemkab Garut mencoba memulai mengembangkan padi Japonica dengan pilott project di Desa Kersamenak. /garutkab.go.id/

DESKJABAR – Jika Anda pernah mengunjungi rumah makan Jepang atau Korea, nasinya seperti ketan dan rasanya pulen. Itulah beras Jepang Japonica. Beras jenis ini memiliki banyak keunggulan, selain dari sisi harga yang masuk kelas premium. Nah, Pemkab Garut mencoba mengembangkan beras jenis ini dimulai di Desa Kersamenak yang dijadikan pilot project untuk penanaman beras jenis Japonica.

Pengembangan beras Jepang Japonica tersebut, sebagai upaya untuk menaikkan penghasilan para petani. Sebab harga dari beras jenis ini termasuk tinggi, untuk dipasok ke rumah-rumah makan Jepang atau Korea.

Baca Juga: UPDATE Pembebasan Lahan Tol Getaci, di Garut Sepi, di Kabupaten Bandung Belum Beres, Harga tak Sesuai Harapan

Sebab, selama ini beras jenis ini langsung di impor dari Jepang. Sehingga budiyada beras Japonica akan menjadi potensi besar untuk dikembangkan di wilayah Jawa Barat, khususnya di wilayah Kabupaten Garut.

Selama ini di kawasan Periangan Timur sejumlah wilayah sudah mencoba mengembangkan beras jenis premium yang punya potensi besar. Di Tasikmalaya dalam beberapa tahun terakhir, sudah dikembangkan padi organik dengan nama Simpatik, yang pasarnya sudah sampai ke luar negeri.

Pada tahun 2027 saja, beras organik Simpatik ini sudah dieskpor ke Amerika Serikat. Saat itu volume beras yang dieskpor mencapai 21 ton.

Belum lagi ada jenis beras brasmati, bentuknya panjang. Beras jenis ini sering disuguhkan di rumah makan timur tengah dan India. Beras jenis ini juga berhasil dikembangkan oleh Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi).

Garut Kembangkan Beras Japonica

Mengutip dari laman garutkab.go.id,Wakil Bupati Garut, Helmi Budiman mengatakan bahwa Pemkab Garut sedang mengembangkan beras premium atau beras Jepang yang dinamakan Japonica. Beras yang punya potensi pasar cukup besar.

Hal itu dikemukakan Helmi Budiman, di acara Seminar Pertanian Presisi yang dilaksanakan di Kantor Desa Kersamenak, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Selasa 21 Februari 2023.

Baca Juga: SEBANYAK 7 Anak Meninggal Dunia, Bupati Garut Tetapkan KLB Difteri, Perintahkan Vaksin Anak-Anak

Wabup Garut memapatkan, ada demplot di Desa Kersamenak yang dijadikan pilot project untuk penanaman beras jenis Japonica, di mana beras jenis ini memiliki harga premium. Namun penanamannya tidak jauh berbeda dengan menanam padi yang ada di Kabupaten Garut.

"Jadi jenis Japonica ini adalah jenis beras Jepang yang dikembangkan di Indonesia, dari sisi harga juga ini harga premium. Kemudian juga dari sisi penanamannya tidak jauh berbeda dengan menanam padi jenis yang ada di kita. Juga dibantu oleh teknologi digital agar menghasilkan hasil pertanian yang optimal, yang maksimal, kemudian juga kualitas dan harganya juga di atas rata-rata," ujar Wabup Garut.

Helmi Budiman berharap pilot project demplot penanaman beras Japonica yang sedang dilakukan di Desa Kersamenak ini, bisa dikembangkan dan direplikasi di Kabupaten Garut.

"Karena sekali lagi nilai ekonominya sangat tinggi, dan ini mudah-mudahan jadi solusi buat para petani kita untuk mendapatkan hasil panen yang banyak, berkualitas, dan tentu dengan harga yang sangat baik, sehingga menghasilkan kesejahteraan daripada para petani kita," ujarnya.

Baca Juga: Pameran Produk UMKM Rebo Keliling (Boling), Wangi Rasa Bandrek Bajigur Menarik Perhatian Bupati Bogor

Beras Japonica merupakan salah satu tipe beras khusus yang semakin populer di masyarakat, yang dicirikan dengan mutu beras premium dengan tekstur nasi yang sangat pulen dengan kadar amilosa yang rendah.

Beras Japonica biasa disajikan di rumah makan bernuansa Asia Timur seperti rumah makan Jepang dan Korea yang semakin menjamur di tanah air. Selain itu meningkatnya jumlah ekspatriat dan wisatawan asing dari kawasan Asia Timur ke Indonesia juga menyebabkan peningkatkan konsumsi beras tipe ini di dalam negeri.

Keunggulan Beras Japonica

Semakin menjamurnya rumah makan Jepang dan Korea di sejumlah kota di Indonesia, membuat volume impor beras ini terus meningkat. Untuk merespon potensi pasar ini,  Badan Litbang Pertanian bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada tahun 2017 berhasil mengembangkan varietas unggul baru yang memiliki mutu beras Japonica premium dengan nama varietas Tarabas.

Mengutip dari laman Kementerian Pertanian litbang.pertanian.go.id, keunggulan utama varietas ini adalah mutu berasnya yang sangat baik dan memenuhi standar beras japonica premium sehingga dapat menjadi subtitusi impor beras tipe japonica.

Varietas Tarabas memiliki kadar amilosa yang rendah (17%) dan tergolong sebagai sticky rice sehingga nasinya dapat disantap dengan menggunakan sumpit.

Keunggulan lain dari varietas Tarabas ini adalah tahan terhadap beberapa ras penyakit blas dan agak tahan penyakit tungro, dua penyakit penting yang sering mengganggu pertanaman padi sawah. Namun demikian varietas ini juga masih memiliki kelemahan khususnya di ketahanannya terhadap wereng batang coklat dan hawar daun bakteri (kresek), sehingga pengendalian terhadap kedua OPT tersebut di pertanaman varietas Tarabas harus optimal.

Badan Litbang Pertanian saat ini terus berupaya untuk memperbaiki ketahanan varietas Tarabas ini dengan menyilangkannya dengan varietas-varietas unggul lain yang lebih tahan. Karakter padi tarabas ini yaitu hasil 4-5 ton/ha, kadar amilosa 17,73%, dan tingkat kepulenan sangat pulen (tipe beras japonica)

Varietas Tarabas direkomendasikan untuk ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai menengah, di daerah yang bukan endemik wereng batang coklat dan kresek.

Teknologi budidaya varietas ini sama dengan varietas unggul padi lainnya dengan berpedoman pada prinsip-prinsip Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dan Pengendalian Hama Terpadu (PHT).***

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: litbang.pertanian.go.id garutkab.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah