Bisnis Perkebunan Karet Bakal Melonjak Pesanan Pasar di 2023 ? Bagaimana Respon di Jawa Barat ?

- 26 Desember 2022, 09:13 WIB
Komoditas karet diyakini akan melonjak pasar pada tahun 2023.
Komoditas karet diyakini akan melonjak pasar pada tahun 2023. /Instagram @acepmunandar07

DESKJABAR – Di tengah isu kekhawatiran munculnya resesi pada tahun 2023, ada fenomena yang tidak biasa, bahkan munculkan harapan baru perekonomian.

Adalah bisnis sektor perkebunan karet, ada kabar pesanan komoditas karet alam akan melonjak pada tahun 2023.

Jika kabar ini benar, tentu akan menjadi “angin segar” bagi bisnis karet alam serta kehidupan usaha perkebunan karet di Indonesia, termasuk Jawa Barat.

Baca Juga: Ini Ciri-ciri Rekan Kerja Naksir Kamu, PTPN XI Surabaya Berikan Tanda-tanda, Asmara Perkebunan

Sampai Senin, 26 Desember 2022, diketahui di Indonesia maupun negara produsen utama karet lainnya, yaitu Thailand dan Malaysia, diketahui mengalami lesu berkepanjangan harga karet dunia sejak lebih dari sepuluh tahun.

Bahkan di Indonesia, banyak unit perkebunan karet mengkonversi ke komoditas lain lebih menguntungkan, misalnya kelapa sawit.

Lain halnya petani karet, masih tetap tekun menggeluti usaha mereka dari kebun karet rakyat.

Baca Juga: Sejarah Cadas Pangeran Sumedang, Dahulu Diapit Dua Perkebunan Teh Pemandangan Indah

Bagaimana pertumbuhan pasar karet 2023 ?

Dikutip DeskJabar dari marketwatch.com, pada 26 November 2022, disebutkan, sesuai laporan ppertumbuhan pasar, volume pasar karet diperkirakan bernilai USD 50660 juta pada tahun 2023.

Bahkan, diperkirakan akan disesuaikan kembali sebesar USD 80380 juta pada tahun 2028 dengan CAGR 8,0% selama periode peninjauan.

Disebutkan, pasar karet diperkirakan akan mencapai jutaan pada tahun 2028, dalam penilaian hingga 2021, Selama beberapa tahun, pasar karet akan mencapai lonjakan CAGR yang luar biasa dalam hal pendapatan.

Baca Juga: Perkebunan Tembakau Rakyat di Sumedang, Diperkuat Kincir Tenaga Hibrid untuk Pasokan Air

Produksi karet terdiri dua jenis, yaitu karet alam dan karet sintetis.

Karet digunakan untuk komponen otomotif, alat kesehatan, barang industri, dan consumer goods.

Disebutkan pula, negara-negara yang terus membutuhkan karet sampai tahun 2028, misalnya Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Jerman, Inggros, Prancis, Italia, Rusia, Turki, Cina, Jepang, Korea, India, Australia, Indonesia, Thailand, Filipina, Malaysia, Vietnam, Brazil, Argentina, Kolumbia, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Mesir, Nigeria, dan Afrika Selatan.

Baca Juga: Budidaya Udang Vaname Bisa di Air Tawar dan Pekarangan Rumah, Peluang Usaha Perikanan

Tanggapan dari kalangan usaha perkebunan di Jawa Barat, misalnya muncul dari Sekretaris Perusahaan PTPN VIII, Budhi H Tresnadi, yang mengatakan, harapan membaiknya harga pasar karet dunia selalu menjadi harapan bagi perusahaan perkebunan yang mengusahakan komoditas karet.

Disebutkan, selama ini persoalan utama bisnis karet alam adalah selisih biaya produksi dengan harga jual sudah terlalu lama mengalami stagnasi.

Yang masih menjadi persoalan, adalah perbandingan antara karet alam dengan karet sintetis.

Baca Juga: Budidaya Ikan Mas Ukuran Diminati Konsumen, Usaha Perikanan Jawa Barat

Tetapi sebenarnya, untuk di Indonesia, kata Budhi H Tresnadi, seharusnya ada peluang lain yang dapat dipacu.

Misalnya, pemerintah diketahui menghimbau melakukan kebijakan pembuatan rumah tahan gempa dengan melihat kejadian banyaknya gempa pada akhir tahun 2022.

Diketahui, pemerintah menyarankan masyarakat yang membangun rumah atau memiliki rumah, dapat memodifikasi atau merancang bangunan menjadi teknis tahan gempa.

“Salah satu komponen sangat penting, adalah bantalan karet untuk penahan gempa pada bangunan. Diketahui, karet alam merupakan bahan terbaik komponen penahan getaran,” ujar Budhi H Tresnadi. ***

 

 

 

 

 

 

 

Editor: Kodar Solihat

Sumber: Wawancara marketwatch.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x