Sementara itu sebagai gambaran diperoleh DeskJabar, ada perbedaan situasi usaha karet alam antara skala perkebunan rakyat dan usaha perkebunan besar.
Secara umum, ada gambaran dimana harga jual yang relatif belum juga bangkit sejak beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Pengamanan Perkebunan, PTPN VIII Bentuk Satgas Khusus Pelatihan Militer dan Bela Diri
Keluhan tersebut umumnya muncul dari usaha perkebunan karet skala besar. Mereka masih sibuk melakukan efisiensi, agar tetap memperoleh margin keuntungan.
Sebab, usaha perkebunan karet skala perkebunan besar, di dalamnya terdapat tenaga kerja yang cukup besar dan biaya produksi di pabrik.
Pada sisi lain, ketersediaan regenerasi tenaga penyadap juga menjadi tantangan pada unit perkebunan besar. Padahal, usaha menyadap karet merupakan ketersediaan lapangan kerja di perdesaan.
Baca Juga: Wisata Alam di Tasikmalaya, 5 Alam Indah yang Instagramable, Karaha Bodas, Hutan, dan Perkebunan Teh
Lain halnya usaha perkebunan rakyat, usaha tanaman karet cukup dapat ditekan biaya produksi secara umum. Sebab, upaya pemeliharaan dilakukan petani, sedangkan pabrik karet cukup membeli.
Beberapa tenaga angkutan truk yang mengangkut karet dari selatan Garut, ketika singgah di Cikajang, mengatakan, sebenarnya diantara pebisnis karet, sampai kini masih berebut pasokan getah karet karena pembelinya tetap banyak.
Bahkan, ada isu, beberapa bulan lalu di selatan Garut, perebutan pasokan lump atau getah karet yang menggumpal, sempat memakan korban.