Perang Ukraina vs Rusia, Komoditas Ekspor Jawa Barat Tertunda, Ini Jenis-Jenisnya Terutama Perkebunan

- 4 Maret 2022, 10:27 WIB
Komoditas teh dan kopi ekspor asal Jawa Barat
Komoditas teh dan kopi ekspor asal Jawa Barat /DeskJabar

DESKJABAR – Terjadinya perang Ukraina vs Rusia berdampak terhadap bisnis sejumlah negara, termasuk Indonesia, termasuk ekspor asal Jawa Barat.

Sejumlah komoditas ekspor asal Jawa Barat tertahan, karena pengiriman ke Ukraina dan Rusia tertunda karena perang, terutama perkebunan.

Head of Logistics and Shipping GPEI (Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia) Jawa Barat, Samsul Rizal, kepada DeskJabar, di Bandung, Jumat, 4 Maret 2022, menyebutkan, perang antara Ukraina vs Rusia sangat berpengaruh kepada bisnis dunia, termasuk kepada Indonesia.

Baca Juga: Perkebunan, Produksi Minyak Kelapa Potensial Bangkit di Jawa Barat Mengatasi Kemelut Harga Minyak Sawit

Ada pun pengaruhnya kepada bisnis ekspor asal Jawa Barat, disebutkan Rizal, ada komoditas-komoditas utama yang selama ini diekspor ke Rusia dan Ukraina, yaitu teh, kopi, biji coklat (kakao), dan benang.

Mengapa demikian, menurut Samsul Rizal, karena perusahaan shipping pelayaran untuk mengangkut kontainer dari Indonesia ke pelabuhan Ukraina dan Rusia sedang distop, sampai menunggu kabar selanjutnya dari negara tujuan.

Ada pun beberapa perusahaan pelayaran atau shipping line yang sedang menunda pengiriman ke Ukraina dan Rusia, adalah : One Shipping, Evergreen, Cosco, Sinokor, CMA CGM, dan Maerksline.

Baca Juga: Perkebunan, PTPN VIII Ekspor Teh Celup ke Kanada, Indonesia Menjadi Pemain Industri Hilir Dunia

Disebutkan, tujuan ekspor yang sedang ditangguhkan adalah ke Odessa, Ukraina dan Novorossiysk, Rusia sampai pemberitahuan lebih lanjut.

Begitu pula penerimaan pemesanan ke dan dari St. Petersburg, Rusia segera ditangguhkan.

Khusus komoditas kopi, disebutkan Rizal, sementara disimpan di gudang. Sebab, stok kopi Jawa Barat itu masih stok tahun 2021, kualitas Grade 1.

Baca Juga: Cianjur, Mengenang Keindahan Suasana Kehidupan di Perkebunan Teh Tahun 1980-an

Namun untuk dialihkan dijual dilempar ke pasar lokal, menurut Rizal, tidak masuk harga lokal. “Solusi sudah ditawarkan ke berapa negara lain seperti Eropa dan Timur Tengah,” ujar Samsul Rizal.

Walau demikian, dikatakan ada kondisi lain, soal turunnya ekspor biji kopi, karena masih langkanya kontainer dan harga freight yang masih melambung tinggi sekali, sehingga harga tersebut belum menutupi biaya produksi.

Sedangkan komoditas teh, disebutkan Rizal, misalnya dialami PT. Kabepe Chakra Jawa Barat, dimana 75 persen ekspor ke Jerman untuk memenuhi Unilever di Jerman. Akibat harga freight untuk fcl 40HQ mencapai USD 14.000 per container, sebelum pandemi Covid-19 harga freight fcl 40HQ USD 4.500.

Baca Juga: Perkebunan Karet Rakyat di Malangbong, Garut, Bergairah, Pendapatan Bagus Melalui Inovasi Integrasi Usaha

Sementara itu, Sekretaris Gabungan Pengusaha Perkebunan Jawa Barat-Banten, Imron Rosyadi, mengatakan, mengutip informasi dari Dewan Teh Indonesia, sebelumnya sudah dikhawatirkan terjadinya sanksi perbankan terhadap bank Rusia.

Disebutkan, pembayaran dari Rusia adalah menggunakan mata uang dolar dan Euro. Ini dikhawatirkan akan terhambat, sehingga berpengaruh besar terhadap ekspor ke Rusia.

Namun negara produsen teh lainnya, disebutkan, misalnya pemerintah India sedang memikirkan pembayaran dilakukan dengan mata uang Rupee. Cara ini dapat merupakan by pass sistem perbankan internasional. ***

 

 

 

 

Editor: Dendi Sundayana

Sumber: Wawancara


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah