Soal pembudidayaan pohon-pohon aren di BBH Cikadu, menurut Dwi Guntoro, adalah kepentingan keberlanjutan masa depan usaha produksi gula aren di Cikadu, apalagi pasarnya diketahui sangat bagus.
Baca Juga: Sejarah, Gula Aren Jawa Barat Dikenal Dunia Sejak Zaman Kolonial Belanda (Bagian-1)
Disebutkan, dengan penanaman baru pohon-pohon aren akan memastikan kontinuitas produksi dan kualitas tanamannya, dengan pola agroforestry.
Polanya adalah plantation pada areal seluas 2 hektare, dengan populasi 200 pohon aren, yang merupakan sistem baru dalam pembudayaan komoditas tersebut untuk produksi gula aren.
Selama ini, pohon-pohon aren yang tumbuh di Cikadu, maupun berbagai daerah lainnya di Indonesia, umumnya tumbuh sporadis tidak sengaja hasil muntahan biji buah aren yang dimakan hewan musang.
Karena masa mulai produksi pohon aren cukup lama menghasilkan pertama, untuk memberikan penghasilan cepat kepada masyarakat petani, adalah dengan tumpangsari pembudidayaan pepaya calina dan cabe.
Baca Juga: Produksi Gula Semut dan Gula Aren di Cianjur, Banyak Pekerjakan Para Korban PHK
“Prinsipnya, kami mengarahkan agar usaha rumpun pertanian, dimaksud adalah komoditas aren menjadi berpihak pula secara berkeadilan kepada masyarakat petani,” ujar Dwi Guntoro.
Pola bisnis yang keberpihakan kepada petani, disebutkan, menjadi salah satu unsur sangat penting pada pasar internasional. Termasuk pula bagi komoditas gula aren, dimana lembaga perdagangan dunia mementingkan faktor keberpihakan kepada petani